TINGGI gelombang di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT) berkisar antara 4 meter-6 meter, yang mengakibatkan hampir seluruh armada pelayaran tidak beroperasi. Kecepatan angin berkisar antara 5 knot-35 knot per jam.
Pelayaran yang masih beroperasi hanya rute Kupang-Hansisi yang berjarak sekitar lima mil. Sedangkan rute pelayaran lainnya tutup seperti Kupang-Rote, Kupang-Sabu Raijua, Kupang-Alor, Kupang-Larantuka, dan Kupang-Aimere.
Sesuai laporan BMKG, tinggi gelombang 4-6 meter terjadi di Laut Sawu bagian selatan, Perairan Selatan Pulau Rote, Samudera Hindia selatan Kupang hingga Rote dan Samudera Hindia selain Sumba hingga Pulau Sabu.
Di wilayah perairan lainnya, tinggi gelombang antara 2,5 meter-3,5 meter terjadi di Perairan Utara Flores, Selat Sumba bagian barag, Laut Sawu bagian utara, Selat Flores sampai Lamakera, Selat Alor-Pantar, Selat Ombai, dan perairan utara Kupang sampai Rote. Sedangkan tinggi gelombang 1,25 meter-2,5 meter terjadi di Selat Sape, Selat Sumba bagian timur, dan Selat Weter.
"Tidak semua rute pelayaran dihentikan. Namun secara keseluruhan semua pelayaran diminta mewaspadai kondisi cuaca ekstrem yang masih terjadi di hampir seluruh wilayah NTT," ujar Kepala Dinas Perhubungan NTT Isyak Nuka, Minggu (1/1).
Isyak minta para operator kapal laut diminta untuk taat kepada para KSOP, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan dan Syahbandar yang mempunyai otoritas mengeluarkan izin berlayar, harus sesuai dengan kondisi cuaca yang direkomendasikan oleh BMKG.
Cuaca ekstrem juga mengakibatkan nelayan tidak berlayar. Di tempat pelelangan ikan Oeba, Kota Kupang, ratusan kapal nelayan telah dipindahkan ke kolam labuh agar aman dari gelombang tinggi.
Ahmad, penjual ikan di lokasi itu mengatakan, sudah satu minggu terakhir nelayan tidak pergi melaut karena cuaca buruk. "Sekarang pasokan ikan berkurang dan harganya pun mahal. Misalnya ikan cakalang dan belang kuning rata-rata naik Rp40 ribu, dari harga normal Rp60 ribu menjadi Rp100 ribu per ekor," jelasnya. (OL-15)