01 December 2022, 23:32 WIB

Pengasuh Ponpes Lirboyo: Tak Ada Kaitan Bencana dengan Khilafah


mediaindonesia.com |

PEKAN lalu Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diguncang gempa magnitudo 5,6 yang menelan ratusan korban jiwa yang hingga hari ini masih ada yang dalam pencarian. Ratusan rumah dan bangunan juga turut hancur. Musibah itu merupakan sebuah kejadian alam (natural hazard) yang menimpa manusia, gempa tentu mempunyai konstruksi makna yang beragam.

Di tengah kesedihan mendalam para korban, kelompok radikal memolitisasi bencana dalam makna yang sesuai tujuan mereka. Bencana dimaknai sebagai balasan terhadap negeri yang tidak menerapkan khilafah.

Menanggapi hal itu, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus mengatakan, apa yang dinarasikan kelompok radikal bahwa bencana yang melanda karena bangsa ini tidak menerapkan sistem khilafah merupakan sesuatu yang menyesatkan.

"Bencana yang melanda itu tidak ada hubungannya dengan khilafah. Sekarang di akhir zaman itu banyak sekali musibah atau bencana karena dunia sudah tua. Tentu kita akan menghadapi itu semua dan itu bukan hanya di Indonesia. Di negara Islam mana pun semua itu bisa terjadi. Contohnya sekarang Arab Saudi saja bisa kena banjir dan lain-lain. Jadi tidak ada hubungannya bencana dengan khilafah itu," ujar Kiai Kafabihi Mahrus di Kediri, Jawa Timur, Kamis (1/12).

Dia juga membantah apa yang dinarasikan kelompok radikal bahwa ajaran Islam di mana Tuhan kerap digambarkan sebagai sosok yang menakutkan dengan segala hukumannya. Karena dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 256 sudah dijelaskan bahwa dalam menganut agama itu tidak ada paksaan.

"Jadi Islam itu tidak boleh dipaksakan. 'La ikraha fii diini'. Tidak ada paksaan untuk menganut agama. Artinya, kalau kita melakukan dakwah dengan kekerasan atau mengajar dengan kekerasan justru menyalahi pada agama itu sendiri. Karena agama itu adalah kesadaran bukan dengan paksaan," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa kelompok-kelompok radikal ini sangat lihai dalam menarasikan hal-hal untuk mencapai tujuannya. Sehingga masyarakat awam malah mudah tertarik dan tergiur untuk ikut mengamini narasi-narawsi tersebut. Untuk itu, dia meminta masyarakat mewaspadai narasi-narasi yang disampaikan kelompok radikal.

"Itulah 'hebatnya' dari kelompok-kelompok tersebut yang cara menyampaikannya sangat menarik. Umat harus waspada dengan kelompok tersebut, di mana mereka menyampaikan agama seolah olah menarik. Bagi orang-orang yang awam yang tidak mengerti ya tentunya gampang kepincut, ketarik atau tergiur dan malah jadi membenarkan. Padahal tidak seperti itu kalau belajar agamanya benar dan dari guru yang benar," tuturnya.


Baca juga:  Bunda Merah Putih Fokuskan Trauma Healing di Cianjur


Kiai Kafabihi menyampaikan bahwa tidak perlu bangsa Indonesia menganut hukum Islam atau bahkan menerapkan khilafah. Karena bangsa Indonesia sudah Islami karena diwujudkan dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat konsensus nasional itu merupakan warisan tokoh-tokoh negara terdahulu yang sebagian besar beragama Islam.

"Ini adalah warisan yang sangat berharga sekali. Hal ini dibuktikan dengan sampai sekian tahun bangsa kita ini aman, damai, rukun antarsesama umat dan tidak ada masalah. Pancasila, UUD 1945 itu merupakan solusi yang terbaik. Apakah tokoh-tokoh itu bodoh? Tentu tidak. Apa yang sudah dirumuskan para tokoh-tokoh bangsa ini adalah solusi terbaik yang harus kita pertahankan," terangnya.

Menurutnya, sudah banyak contoh negara-negara di dunia ini yang menerapkan sistem khilafah justru sampai sekarang masih dilanda konflik berkepanjangan.

"Jadi sebenarnya sudah terbukti kalau sistem khilafah itu banyak gagal diterapkan di Timur Tengah. Sampai sekarang konfliknya belum berakhir. Jadi apa yang kita miliki ini harus dipertahankan," tukasnya.

Untuk itu, dia meminta masyarakat untuk tidak mudah termakan isu atau narasi propaganda yang menguntungkan kelompok radikal tersebut. Masyarakat juga harus belajar ilmu agama kepada ahlinya agar tidak keliru.

"Artinya kalau orang itu ahli dalam ilmu agama tentunya cara menyampaikannya adalah dengan cara lemah lembut, bukan dengan paksaan dan bukan dengan kekerasan. Jadi kita harus belajar ilmu agama kepada orang yang ahlinya," kata mantan Rektor Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri ini.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah dan tokoh agama serta tokoh masyarakat untuk dapat ikut berperan serta dalam menangani atau mematahkan narasi-narasi yang menyesatkan tersebut. Misalkan mengajak kiai-kiai pesantren menggaungkan kelembutan, dan perdamaian. Pemerintah juga perlu menciptakan rasa aman dari berbagai provokasi dan adu domba.

"Karena kelompok radikal itu juga tidak senang melihat negara kita ini aman, damai, rukun, dan sejahtera," ucapnya.

Kiai Kafabihi menegaskan kembali agar masyarakat tidak mudah percaya narasi sesat kelompok khilafah. Pasalnya, khilafah itu bukanlah suatu jaminan untuk menjadi kebaikan suatu negara. (RO/OL-16)

BERITA TERKAIT