29 November 2022, 07:45 WIB

Kolaborasi Warga Merencanakan Desa Wisata Terpadu di Selatan Magetan


Ir Budi Faisal, MAUD, MLA, PhD Prodi Magister Arsitektur Lanskap/Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan |

DESA wisata saat ini sedang menjadi primadona pembangunan di desa. Pemerintah desa bersama masyarakat antusias membangun desa mereka menjadi kawasan wisata. Antusiasme membangun desa wisata juga dialami masyarakat di empat desa di Kecamatan Parang Selatan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, yaitu Desa Ngunut, Desa Trosono, Desa Sayutan, dan Desa Bungkuk, setelah mereka berhasil mengembangkan lokasi tersebut menjadi tempat terbang dan mendarat olahraga paralayang. Bahkan, beberapa anak muda desa sudah berhasil menjuarai beberapa kompetisi paralayang di Jawa Timur.

Berbicara Magetan, kita pasti akan langsung teringat dengan Gunung Lawu, Telaga Sarangan, dan yang terakhir booming ialah Taman Genilangit. Ikon pariwisata Magetan ini sudah cukup melekat di benak masyarakat. Selain dua ikon pariwisata tersebut, Kabupaten Magetan juga memiliki beberapa daya tarik wisata lain, di antaranya Air Terjun Tirtosari, Telaga Wahyu, dan Mojosemi Forest Park. Namun, jika kita perhatikan, semua daya tarik wisata tersebut sebagian besar berada di bagian utara dan barat kabupaten ini, sedangkan bagian selatannya belum dikenal sebagai destinasi pariwisata.

Padahal, jika melihat potensi yang ada, kawasan selatan memiliki sejumlah potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata, baik panorama pegunungan dengan sejarah geologi pembentukannya, kawasan dan budaya pertanian, budaya tradisi masyarakat Jawa, sejarah, maupun potensi wisata olahraga paralayang yang baru saja berkembang, juga dapat menjadi unggulan pariwisata di wilayah tersebut.

Fenomena ini membuat masyarakat dan pemerintah empat desa di selatan Magetan tersebut semakin termotivasi untuk menciptakan magnet baru pariwisata di desanya. Menyadari bahwa membangun desa wisata tidak dapat dilakukan sendiri, keempat desa ini membangun kerja sama dengan nama Blego–Bungkuk (B2) Jaya, yang menunjukkan bahwa keempat desa ini dipersatukan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk. Keseriusan empat pemerintah desa juga ditunjukkan dengan kolaborasi yang dibangun dengan Pemerintah Kabupaten Magetan, yang kemudian memfasilitasi kerja sama keempat desa dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Dok. ITB

Hasil survei dan konsep awal perencanaan desa wisata terpadu.

 

Tiga program 

Langkah ini diawali dengan audiensi keempat pemerintah desa dalam naungan kerja sama B2 Jaya dengan pihak ITB pada pertengahan Desember tahun lalu. Mereka didampingi Pemerintah Kabupaten Magetan. Audiensi ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU antara Bupati Magetan dan Rektor ITB sebagai payung hukum bagi program pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang akan dilakukan ITB untuk mendampingi pengembangan desa wisata terpadu B2 Jaya.

Pada tahap awal kerja sama pada 2022 ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB menginisiasi tiga kegiatan utama pengabdian masyarakat di empat desa Kawasan Gunung Blego-Gunung Bungkuk ini. Pertama, kegiatan untuk menyusun perencanaan desa wisata terpadu Kawasan Gunung Blego-Gunung Bungkuk. Kegiatan ini sesuai kebutuhan dan keinginan keempat desa untuk memiliki perencanaan berjangka panjang untuk membangun desa wisata terpadu di kawasan itu. Kedua, kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan produk pariwisata berkualitas. Kegiatan ini difokuskan untuk menggali potensi pariwisata di setiap desa, termasuk keunggulan sumber daya alam dan budaya setiap desa yang dapat dikembangkan menjadi produk pariwisata kreatif dan edukatif.

Program ketiga adalah pemetaan potensi keragaman geologi dan sumber daya air untuk mendukung pengembangan geowisata dan penyediaan air bagi wisatawan. LPPM ITB menugaskan Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) untuk melaksanakan kegiatan pertama dan kedua, serta Program Studi Teknik Geologi untuk kegiatan ketiga. Tiga kegiatan ini dilaksanakan secara terintegrasi untuk mendukung pengembangan keempat desa wisata sesuai kebutuhan desa-desa tersebut. Perjalanan kegiatan kedua, yaitu pemberdayaan masyarakat di Kawasan Gunung Blego-Gunung Bungkuk sudah dituliskan dan diterbitkan pada e-paper Media Indonesia 6 September 2022 dengan judul Merajut Pariwisata Berkualitas di Kawasan Blego-Bungkuk.

 

Melibatkan masyarakat

Tulisan kali ini merupakan laporan kegiatan lanjutan dari kegiatan masyarakat yang dilakukan ITB di sejumlah desa tersebut, dengan melibatkan warga sejak dari perencanaan. Mengikutsertakan masyarakat desa dalam proses perencanaan pembangunan kepariwisataan di desanya, tentu bukan hal mudah, walaupun antusiasme masyarakat sangat tinggi. Perlu strategi dan tahapan yang tepat untuk dapat diikuti dan diterima dengan baik oleh mereka.

Merencanakan bersama masyarakat tentu tidak berarti harus melibatkan seluruh masyarakat. Oleh karena itu, yang pertama dilakukan tim P-P2Par ITB adalah mendorong para kepala desa (kades) untuk membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang akan menjadi penggerak pariwisata di desanya. Pokdarwis ini juga akan menjadi tim utama yang dilibatkan dalam membuat perencanaan desanya menjadi desa wisata. Keterwakilan seluruh komunitas di desa menjadi kunci kekompakan Pokdarwis dan menghindari potensi konflik yang mungkin terjadi.

Kegiatan berikutnya adalah melaksanakan diskusi kelompok terpumpun bersama seluruh perwakilan komunitas yang ada di desa, seperti kelompok PKK, seniman, Gapoktan, Karang Taruna, Badan Usaha Milik Desa (BUM-Des), Badan Perwakilan Desa (BPD), perangkat desa, dan Pokdarwis bagi desa yang sudah berhasil membentuknya. Kegiatan diskusi ini dilaksanakan di Kantor Desa Sayutan pada 8 Juni 2022. Pada diskusi kelompok yang diselenggarakan sehari penuh ini, perwakilan masyarakat yang berjumlah hampir 50 orang diberikan pemahaman terlebih dahulu tentang pengetahuan dasar kepariwisataan dan wawasan mengenai manfaat pengembangan desa wisata bagi masyarakat dan desa. Setelah itu, proses perencanaan bersama masyarakat mulai dilakukan. Mereka diajak untuk bersama-sama mengidentifikasi keunggulan desanya serta memetakan permasalahan utama yang dihadapi jika ingin mengembangkan desanya menjadi desa wisata.

Tim LPPM ITB yang terdiri dari Budi Faisal, Yani Adriani, Ersalora Lutfianti dari P-P2Par, juga diperkuat Roiswahid Dimas Pengestu dari Program Studi Magister Arsitektur Lanskap, serta mahasiswa MBKM Program Studi Arsitektur, Claresta Dhyhan Ediganiputri, juga melakukan proses pengumpulan data dan diskusi awal konsep pengembangan bersama Pokdarwis dan pemerintah desa langsung di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan agar dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dan terkini serta prospek pengembangan yang dapat dilakukan sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat dan pemerintah setempat.

Proses ini memang tidak dapat dilakukan dengan cepat. Untuk tahap awal, tim bersama Pokdarwis dan pemerintah desa mengidentifikasi dan merumuskan konsep rencana pengembangan secara terpadu empat sampai enam lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai daya tarik wisata di setiap desa. Tim LPPM ITB mendampingi kegiatan survei dan merencana di lapangan ini selama empat hari untuk memberikan mentoring sehingga Pokdarwis dan pemerintah desa dapat melanjutkan proses ini secara mandiri.

Komunikasi dengan para pihak terkait pada setiap tahap perencanaan disadari sangat penting oleh pemerintah desa di Kawasan B2 Jaya ini. Setelah survei dan konsep awal perencanaan disusun bersama, pada 10 Juni 2022, pemerintah keempat desa mengundang dialog Pemerintah Kabupaten Magetan yang dihadiri perwakilan dari Bagian Tata Pemerintahan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Komunikasi dan Informatika, serta Camat Parang. Kegiatan yang diselenggarakan di Kantor Desa Ngunut ini juga mengundang lima anggota DPRD Kabupaten Magetan yang berasal dari Kecamatan Parang, termasuk juga yang membidangi urusan kepariwisataan.

Dari dialog ini dijaring beberapa masukan dan juga dukungan politis secara nyata bagi pengembangan desa wisata terpadu Kawasan B2 Jaya. Adanya forum dialog ini juga sangat penting untuk menunjukkan kepada masyarakat Kawasan B2 Jaya bahwa dukungan bagi pengembangan kepariwisataan di desa mereka demikian besarnya sehingga dapat menggugah motivasi, semangat, dan kebanggaan masyarakat.

Upaya merencana bersama masyarakat dilanjutkan pada akhir September sampai awal Oktober 2022, difokuskan pada menggali dan merumuskan program-program prioritas yang lebih rinci untuk membangun keterpaduan pengembangan desa wisata dan program-program tindak yang lebih detail untuk setiap desa wisata. Diskusi dengan masyarakat kali ini dilaksanakan di setiap desa dengan melibatkan lebih banyak pengurus dan anggota Pokdarwis.

 

Mulai membangun

Pokdarwis yang ada di empat desa, yaitu Pokdarwis Blego Mulyo Desa Sayutan, Pokdarwis Blego Kinasih Desa Trosono, Pokdarwis Ngunut Berseri Desa Ngunut, dan Pokdarwis Bungkuk Desa Bungkuk dan juga pemerintah desanya, memiliki semangat untuk mempercepat pembangunan desanya menjadi desa wisata, walaupun perencanaan belum selesai dilakukan. Pelaksanaan pembangunan tetap dilakukan sesuai dengan konsep perencanaan awal yang disepakati.

Setiap akhir pekan, Pokdarwis Ngunut Berseri bahu-membahu bersama para pemuda dan petani yang memiliki lahan di sekitar kawasan untuk membuka akses jalan ke Puncak Kleco dari Desa Ngunut. Hal ini tentu tidak dapat terlaksana tanpa dukungan penuh dari jajaran pemerintah di desa sampai ke Ketua RT dan RW yang melakukan mobilisasi seluruh warganya. Pokdarwis Blego Kinasih Desa Trosono juga mulai membangun gazebo di kawasan Puncak Gunung Blego. Pembangunan ini merupakan upaya awal menuju penataan terintegrasi antardesa di kawasan tersebut.

 

Kolaborasi sebagai kunci

Ke depan, pengembangan desa wisata di Kawasan B2 Jaya diharapkan dapat berjalan secara terpadu, sesuai perencanaan yang masih terus disusun bersama dengan masyarakat yang diwakili Pokdarwis dan pemerintah desa. Dukungan dari berbagai pihak untuk dapat mewujudkan desa wisata terpadu Kawasan B2 Jaya sebagai satu kesatuan destinasi pariwisata yang berdaya saing, sebagai magnet pertumbuhan pariwisata di selatan Magetan, sangat diperlukan.

Pemerintah Kabupaten Magetan diharapkan dapat terus mendukung pengembangan desa wisata terpadu dari berbagai aspek, khususnya penyediaan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana umum, seperti akses jalan kabupaten, air bersih, jaringan listrik, jaringan telekomunikasi, khususnya yang berbasis internet sebagai kebutuhan dasar bagi jalannya pariwisata.

Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Magetan juga sangat penting untuk memfasilitasi proses perizinan berusaha, baik usaha pariwisata berbasis masyarakat, seperti usaha daya tarik wisata, usaha homestay/pondok wisata, usaha rumah makan, maupun usaha perjalanan wisata, juga perizinan untuk produk-produk UMKM, seperti PIRT dan label halal bagi produk kuliner.

Selain itu, DPRD Kabupaten Magetan juga memiliki peran penting dalam menentukan prioritas-prioritas program pembangunan daerah yang diarahkan untuk mengembangkan desa wisata terpadu Kawasan B2 Jaya ini. Dukungan ini juga diperlukan ketika rencana pengembangan desa wisata terpadu Kawasan Gunung Blego-Gunung Bungkuk, Kecamatan Parang, sudah sampai tahap pelaksanaan rencana.

Dunia usaha, baik pihak swasta maupun BUMN, juga tidak kalah penting perannya untuk dapat mewujudkan desa wisata terpadu Kawasan Gunung Blego-Gunung Bungkuk. Melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR), mereka dapat berkontribusi positif dalam upaya meningkatkan kapasitas masyarakat serta penyediaan fasilitas pariwisata dan fasilitas umum yang mendukung pengembangan desa wisata terpadu ini menjadi destinasi pariwisata berdaya saing.

Walaupun demikian, masyarakat, Pokdarwis, dan pemerintah desa harus terus bergerak mandiri untuk mewujudkan desa wisata terpadu B2 Jaya ini. Pendampingan dari tim P-P2Par ITB bersama tim LPPM ITB lainnya hanya sebagai pendorong. Faktor penentu keberhasilan tetap berada di tangan masyarakat dan pemerintah desa. Dukungan dari berbagai pihak juga akan semakin kuat jika masyarakat dan pemerintah desa terus bergerak mengembangkan desa wisatanya secara konsisten dan berkesinambungan. Tidak hanya pembangunan fisik, tetapi juga sumber daya manusianya. (M-3)

 

 

BERITA TERKAIT