09 November 2022, 22:20 WIB

Siswa SMAN 1 Bantarujeg, Majalengka, Kembangkan Budi Daya Lele


Bayu Anggoro |

LANGKAH mendorong tumbuhnya jiwa enterpreneur siswa, sekaligus
menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi dan daya saing dalam
menghadapi tantangan, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Batarujeg,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mengembangkan budi daya lele.

Sekolah yang berada di bawah binaan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Jawa Barat tersebut, juga berinovasi mengembangkan berbagai produk makanan olahan berbahan dasar lele.

Saat ini tak hanya sukses menumbuhkan jiwa enterpreneur di kalangan
siswa, SMAN 1 Bantarujeg juga mampu mengembangkan budi daya ikan lele
lengkap dengan berbagai produk olahannya seperti nuget lele, lele
crispy, steik dan bakso lele.

Kesuksesan SMAN 1 Bantarujeg dalam mengembangkan kegiatan tersebut merupakan buah kolaborasi semua pihak di bawah kepemimpinan Toto Warsito yang pernah menyandang predikat sebagai Kepala Sekolah Inspiratif Terbaik Tingkat Nasional 2021.

Toto Warsito mengungkapkan, budi daya ikan lele yang dikembangkan SMAN 1 Bantarujeg merupakan inovasi yang dihadirkan dalam mendorong dan
menumbuhkan jiwa enterpreneruship terhadap siswa. dengan menumbuhkan jiwa enterpreneurship, hal itu dapat menjadi bekal bagi para siswa.

Terlebih, tak sedikit dari siswa-siswa di Majalengka yang memilih
mencari pekerjaan selepas lulus SMA.

Dikatakan Toto Warsito, dirinya memahami betul tantangan yang dihadapi peserta didiknya saat ini, yang tentu dihadapkan dalam beberapa pilihan.

"Saya memahami ketika lulus, mereka yang memiliki keinginan dan dukungan berbagai hal dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tapi di Majalengka tak sedikit juga yang langsung mencari pekerjaan atau bahkan menjadi pengangguran karena tidak memiliki kompetensi. Tantangan itulah yang ingin kita pecahkan bersama dengan pengenalan enterpreneur," ungkapnya, Rabu (9/11).

Menurut Toto, melihat fenomena kondisi tersebut, sebagai kepala sekolah, dirinya pun kemudian dituntut untuk dapat melahirkan inovasi. Ia kemudian terpikir untuk mengenalkan dan mendorong jiwa entrepeneurship tersebut kepada siswa melalui budi daya ikan lele dalam ember.


Produk olahan


Seiring perjalanan, tambah dia, pihaknya mendorong para siswa untuk dapat menciptakan produk olahan agar memiliki nilai ekonimi yang lebih tinggi. Kemudian muncul beberapa produk olahan ikan lele yang telah
dihasilkan para siswa mulai dari nuget lele, lele crispy, steik dan
bakso lele.

"Termasuk dalam pemasaran, kita maksimalkan era digital ini
dengan tersedianya sejumlah e-commerce atau platform jualan online. Jadi dari hulu ke hilir," ujar Toto.

Berkaca dari hasil riset di sekolah, dia menyebut hanya 40% dari alumni
yang beruntung dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi pada
setiap momentum kelulusan. Oleh karena itu, Toto pun merasa harus turut
memikirkan 60% nasib alumni lainnya melalui pengembangan
entrepeneurship pendidikan di SMAN 1 Baturajeg.

"Meskipun tidak seperti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tapi inovasi
saya di SMA ini membekali siswa keterampilan hingga bidang pengolahan
dan pemasaran," sebutnya.

Dia mencontohkan, jika menjual bahan baku ikan lele itu berkisar di harga Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per kilogram. Namun keuntungan akan melimpah lagi bilamana menjual produk olahan.

"Ketika diolah menjadi bakso atau steik lele, untuk satu kilogram lele
itu bisa menjadi 15 bungkus dengan harga jual Rp10 ribu untuk satu
bungkus. Itu artinya satu kilo ikan lele dapat menghasilkan Rp150 ribu," paparnya.


Tantangan


Pria yang tengah melanjutkan pendidikan S3 Pendidikan Agama Islam (PAI)
di UIN Gunung Jati, Cirebon, ini mengakui, memang ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk memenuhi bahan baku ikan lele. Di mana di lokasi sekolahnya, yaitu Kecamatan Banturujeg, Kabupaten Majalengka, kerap kali kesulitan air.

Bila seperti itu, dia mengaku, tak jarang membeli bahan baku kepada
petani untuk memenuhi permintaan pasar. Termasuk dengan merencanakan
budi daya ikan lele menggunakan metode terpal.

"Namun yang terpenting yaitu lebih pada pendidikan anak-anaknya. Hingga
akhirnya dengan pengetahuan yang mereka miliki dapat berkarya sendiri di rumahnya. Lele itu hanya alat pembelajaran saja," kata Toto.

Dia mengaku memiliki harapan besar, semangat entrepeneurship tersebut meluas tidak hanya di dalam sekolah saja. Artinya, bila menjadi manfaat untuk lingkungan sekitar itu menandakan keberhasilan dari inovasi yang telah dilakukan.

"Saya baru saja beberapa bulan lalu diundang oleh kecamatan. Kebetulan
ibu camatnya datang ke sekolah kemudian melihat budidaya ikan dalam
ember. Kemudian saya diundang untuk menjadi narasumber di depan darma
wanita dan PKK terkait pengetahuan budidaya ikan ini," katanya.

Lebih lanjut, Toto mengaku, inovasi yang dia gagas tak lepas dari
motivasi yang terus digulirkan oleh pemerintah, khususnya Cabang Dinas
Pendidikan (Cadisdik) Wilayah IX Jawa Barat. Bahkan, untuk tingkat
SMA/SMK/SLB yang ada di Jawa Barat, harus membuat program laporan
kinerja harian, bulanan, hingga tahunan.

"Artinya, kita memang difasilitasi untuk terus berkarya dan guru-guru
juga begitu, sehingga iklim berinovasi dan berprestasi sudah menjadi
kebutuhan. Semua guru PNS Jabar harus melaporkan hampir tiap hari, melalui video, foto dan lainnya," katanya. (N-2)

BERITA TERKAIT