INSPEKTORAT Jenderal (Itjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Republik Indonesia mengungkap Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 51 kabupaten/kota yang tidak terkena fluktuasi harga atau stabil.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Dairi Minda Flora Ginting menjelaskan ada beberapa faktor penyebab terjadinya fluktuasi harga di antaranya tingginya konsumsi masyarakat, permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar, kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah serta kondisi perekonomian.
"Kita ambil contoh sederhana, unsur-unsur yang memengaruhi terjadinya fluktuasi harga di bidang pertanian bermacam-macam. Salah satunya disebabkan oleh biaya produksi seperti pupuk, bibit, benih dan lainnya," kata Minda di Dairi, Rabu (9/11).
Tidak bisa dipungkiri karakteristik dari komoditas barang ditentukan oleh adanya penawaran dan permintaan pasar. Tidak semata-mata ditentukan oleh penyalur maupun penjual. Maka dari itu diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat ketika muncul fluktuasi, baik berupa kenaikan maupun penurunan.
Selain itu, hal yang memengaruhi adalah harga produk komoditasnya memang sudah mengalami kenaikan. Seperti harga ayam dengan pakannya dan lainnya. Kemudian teknologi produksi yang sejatinya membantu meningkatkan produktivitas budi daya juga menentukan terjadinya fluktuasi harga di bidang pertanian.
"Tak hanya itu musim serta ramalan penjualan juga ikut memengaruhi fluktuasi utamanya di bidang pertanian," ucapnya.
Sebagian besar naik turunnya harga produk di bidang perkebunan, imbuhnya, disebabkan adanya permintaan ekspor yang juga berkurang. Bisa juga karena memang kualitas produksi dari komoditas ini sangat lemah sehingga memengaruhi permintaan.
Untuk mencegah hal itu, pihak pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang tepat. Bagaimana agar kualitas di bidang perkebunan tetap meningkat sehingga permintaan semakin tinggi. Salah satu contoh nyatanya adalah karet, saat ini sudah mengalami fluktuasi harga yang berupa penurunan yang cukup tinggi disebabkan penggunaan karet sintetis yang mulai menyebar di seluruh dunia.
"Akibatnya banyak permintaan dari luar untuk ekspor yang dibatalkan. Pemerintah harus menyikapi ini dengan kebijakan bagus untuk meningkatkan kembali kualitas karet," tuturnya.
Baca juga: Jaga Stabilitas Harga Pangan, BULOG Jateng Gelar Pasar Murah
Dampak terhadap suatu wilayah atau daerah yang terkena fluktuasi sangat besar dan jika tidak dikendalikan bisa mengganggu kestabilan perekonomian.
Indonesia, ungkap Minda, terdapat 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) sementara untuk Sumatra Utara terdapat 5 Kota IHK yaitu Medan, Pematang Siantar, Sibolga, Padang Sidempuan dan Gunung Sitoli.
"Untuk kabupaten/kota diluar IHK sesuai informasi yang kami terima, dilakukan pengumpulan data oleh pemerintah daerah terkait 20 komoditas bahan pangan strategis," tukasnya.
Dari data tersebut diperoleh IHK setiap minggu dan pada minggu ke-IV Oktober, Dairi termasuk dalam daerah dengan harga yang tidak fluktuatif atau stabil.
"Ada 20 komoditas yang dikumpulkan harganya di antaranya beras, cabai rawit, tepung terigu, tahu mentah, daging ayam ras, minyak goreng, udang, pisang, telur ayam ras, gula pasir, ikan, bawang merah/putih, susu bubuk balita, susu bubuk, cabai merah, daging sapi, tempe, jeruk dan mie instan," pungkasnya.(OL-5)