GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi keuletan petani porang yang tergabung dalam Sahabat Petani Porang Sukoharjo (SPPS). Selain bisa membuat panganan dari porang, mereka juga berhasil mencipta teknologi sederhana untuk menghilangkan efek gatal dari porang.
Para petani tersebut, ditemui Ganjar kala menyambangi di Dukuh Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jeteng, Senin (31/10). Mereka bahkan telah mampu mengolah porang jadi berbagai macam produk turunan.
"Jadi dari ujicoba sejak tiga tahun ini kawan-kawan menanam dan memproses. Bahkan yang sering jadi problem karena (porang) itu gatal ternyata sudah ada teknologinya dengan cara ekstraksi. Ternyata ditemukan di sini, petani sendiri yang membuat metode itu. Ini cara basah, ini cara kering," katanya.
Produk turunan yang berhasil diciptakan adalah tepung glukoman. Tak berhenti, para petani kini mulai meriset untuk membuat beras analog dari porang.
Untuk beras analog ini mereka mencoba mengolah menjadi beberapa varian yakni murni berbahan porang dan ada yang dicampur dengan mocaf (tepung singkong) dan sorgum.
Baca juga: Ganjar Berikan Semangat pada Ribuan Siswa dalam Festival Pelajar Nusantara
"Nah ketika kemudian industri ini sudah jadi, usul saya tidak hanya menanam selesai, proses sudah bagus, gatal tidak ada lagi, tepung sudah bisa dibuat di sini," katanya.
"Lalu mulai dicampur, ada dengan mocaf satu lagi dengan sorgum. Mereka riset terus menerus. Ini otaknya ternyata alumni Brawijaya, labnya UGM ikut terlibat," jelas Ganjar.
Ganjar mendorong para petani mengembangkan industri porang tersebut. BRIN dan BRIDA atau lembaga riset lainnya dapat dilibatkan. Ganjar juga mendorong agar investasi di bidang produksi olahan porang itu ditambah.
Apalagi mereka sudah mematenkan produk itu. Hari ini orang yang tanam porang lagi nangis karena harganya jatuh, lagi euforia porang kan sekarang. Maka saya dorong agar ada orang yang nanti menanamnya iya, prosesingnya iya, nah sekarang jualnya," ungkap Ganjar.
Kkesuksesan petani di Sukoharjo itu, kata Ganjar, menambah keyakinannya bahwa ketahanan dan kemandirian pangan akan tetap terjaga. Termasuk ketika nanti dunia mengalami krisis pangan, masyarakat sudah siap dengan pangan alternatif ini.
"Ini momentum kita, kalau saya optimis ya, di tengah situasi kondisi yang nanti mungkin orang sulit makan, kita akan berlimpah karena apapun bisa dimakan. Kawan-kawan ini salah satu pelaku yang konkret," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, mantan anggota DPR RI itu juga ikut menanam bibit porang serta melihat langsung proses pengolahan tanaman porang. Ganjar juga sempat menikmati makanan dan minuman yang berbahan dasar porang.
"Kalau kemarin saya mencoba mie ayam yang dibuat dari mocaf, sekarang saya cicipi porang jel atau jelly yang dibuat dari porang dicampur kelapa muda. Ternyata benar-benar mirip jelly dan enak. Satu lagi ini ada mie ayam, mienya dibuat dari porang juga, bentuknya agak keriting, rasanya ternyata enak," ujar Ganjar.
Sementara itu, Erwin Lasianto, salah seorang petani porang di Dukuh Tritis Desa Kamal, mengatakan konsep bertani porang seperti yang ia lakukan bersama petani lainnya sudah dimulai sejak tahun 2017. Bukan hanya mengajarkan proses infarm-nya atau budidaya, tetapi juga mengedukasi.
"Jadi kita dari on farm sampai off farm-nya, dari hulu sampai hilir. Olahan dari porang yang dari kami itu adalah beras porang, tepung glukoman, dan juga ada beberapa olahan turunan antara lain brownies, dan dodol. Lalu masih banyak lagi yang sudah kita pasarkan di temen-temen UKM," ujar petani yang juga Ketua SPPS itu.
Produk yang dihasilkan oleh SPPS itu hanya dijual untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Erwin, itu dilakukan karena isu saat ini adalah ancaman pangan global. Ia berpikir bahwa dengan memenuhi kebutuhan dalam negeri dapat meningkatkan kekuatan pangan.
"Harapan kami dari kunjungan Pak Gubernur, kita berharap ada semacam kolaborasi kemudian kita untuk meningkatkan produktivitas kami terkait kami saat ini sedang kesulitan dalam hal beberapa mesin yang harus kita upgrade lebih besar," ujarnya.
"Karena saat ini kita beberapa kali selalu dapat tawaran untuk menyuplai tepung ataupun bahan baku yang mereka harapkan. dan kita masih terkendala dalam hal permesinan. Target kami satu bulan itu satu kuintal untuk tepung," jelas Erwin. (RO/OL-09)