WARGA Diaspora Lembata, Nusa Tenggara Timur, menggelar seminar dengan tajuk "Membangun Lembata menuju Indonesia Emas 2045 dan 50 Tahun Otonomi Lembata berbasis Budaya dan Sejarahnya".
Seminar tersebut merupakan rangkaian kegiatan merayakan HUT Otonomi Lembata ke 23, selain peluncuran buku karya monumental "Lembata dalam pergumulan sejarah dan Perjuangan Otonominya" karya Thomas B. Ataladjar. Dilaksanakan di aula hotel Palm, Kota Lewoleba, Rabu lalu, menghadirkan dua akademisi asal Lembata yakni Profesor Dr. Alo Liliweri dan Doktor Yoseph Yapi Taum. Tampil sebagai moderator seminar itu, Doktor Goris Lewoleba.
Selain dua akademisi itu, tampil pula sebagai narasumber, Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa, anggota DPR RI dapil Papua asal Lembata, Sulaiman L. Hamzah dan Ketua DPRD, Petrus Gero.
Seluruh jajaran Pemerintah Daerah, dari Kepala Desa, Camat, Guru, Pegiat literasi, Kepala Dinas, anggota DPRD setempat serta tamu undangan lainnya.
Seminar dimaksudkan untuk merumuskan rekomendasi yang dapat dijadikan acuan membangun daerah menuju Indonesia Emas 2045 dan 50 Tahun Otonomi Lembata berbasis Budaya dan Sejarahnya.
Sulaiman L. Hamzah, tokoh pejuang Otonomi Lembata, anggota Fraksi Nasdem DPR RI mengatakan, pada era Indonesia Emas 2045 dan 50 tahun Otonomi nanti, Lembata harus berani menarget kemandirian fiskal. Tidak terus bergantung pada dana transfer dari Pusat.
Menurutnya, pembangunan Lembata harus dimulai dari potensi daerah. "Kita harus mulai dengan membangun ekonomi masyarakat, dari potensi yang ada. Dari situ kita bisa menemukan komoditi unggulan daerah untuk bisa menghasilkan PAD," Ungkapnya.
Anggota DPR RI ini juga menyebut, Pemda juga harus membuka diri membangun relasi dengan DPR asal dapil NTT. Hal inilah, menurut Sulaiman, lenyap dalam 23 tahun belakangan. "Selama ini kita tahan napas. Kita lihat ada hal yang salah tapi kita mau sampaikan lewat mana. Saya polos saja tanpa beban karena saya anak tanah di sini, wajib mengoreksi apa yang salah," ungkap Sulaman L. Hamzah.
Karena itu, ia mengajak Pemerintah daerah setempat untuk bersinergi dengan wakil rakyat di Senanyan untuk menangkap sebanyak mungkin peluang membangun daerah ini.
Politikus senior itu meminta Penjabat Bupati Lembata serta legislator setempat menciptakan program untuk membangun ekonomi rakyat. "Saya bilang Penjabat Marsianus Jawa ini hatinya untuk Lembata. Waktu masih panjang. Kalau aturannya 1 tahun saja pimpin Lembata, nanti kita tinjau lagi. Saya juga akan pasang badan. Bapak tetap di sini untuk lihat Lembata," ungkap Hj. Sulaiman L. Hamzah.
Butuh Investor
Penjabat Bupati Lembata, Nusa Tenggara Timur, Marsianus Jawa menegaskan, untuk mengejar kemandirian fiskal daerah, diperlukan investor yang dapat menanamkan modalnya di Lembata.
Ia menjelaskan, PAD Kabupaten Lembata cuma Rp40 miliar dari total transfer daerah Rp800 miliar. Kami belum sampai 1 triliun. "Pertanyaannya, apa yang kami kerjakan. Kami sedang melakukan sertifikasi tanah tanah pemerintah daerah. Kita lupa mengadministrasikan
tanah yang dihibahkan orang tua jaman dulu secara baik," ungkap Marsianus.
Karena itu, sebut Marsianus, 90 persen tanah Pemda mesti disertifikasi. "Dari situ kita bisa berpikir untuk apa lahan ini dan itu, agar kita bisa dapat duit.Menteri keuangan bilang, Amerika itu asetnya yang bergerak, orang tinggal panen, tetapi kita aset dibiarkan tidur, kita yang bekerja setengah mati," ungkap Marsianus Jawa.
Penjabat Bupati Lembata juga menyampaikan alasan mengapa daerah ini tidak maju. "Saya baru tahu, satu tahun terakhir ini tidak ada investor satupun yang bisa invest dananya di daerah ini. Saya tidak tau persoalan apa. Kita bicara potensi ikan kita hebat tetapi dimana cold storage yang baik, dimana nelayan tangkap ikan bisa simpan di tempat yang baik dan
lain sebagainya," ungkapnya.
Dikatakan, Lembata punya nama besar karena ada perusaahan mutiara tetapi, perusahaan yang mengelola laut Lembata beralasan prosentase kontribusi cuma 10 persen dari laut Lembata.
"Bapa Gubernur bilang kalau ada perusahaan mutiara kamu pajang hasilnya di kantor. Saat saya datang, saya minta Perusahaan mutiara bawa mutiara untuk dipajang di kantor Bupati, agar kita tau bahwa laut di Lembata bisa menghasilkan kekayaan laut berkualitas. tetapi sampai hari ini, tidak pernah datang," ungkap PJ Bupati Marsianus.
Ia mengatakan, Gubernur Viktor Laiskodat marah ketika dirinya melapor persoalan rendahnya kontribusi Perusahaan Mutiara di Lembata kepada PAD Lembata. "Pak Gubernur bilang "sedikit lagi saya usir mereka".
Ia juga mengatakan, upayanya berkomunikasi dengan calon investor asal Singapura yang berniat membangun perusahaan tepung ikan di Lembata, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil.
"Ini saya mau katakan, berbicara tentang kemandirian fiskal di daerah ini sangat sulit. Tetapi saya bersama teman teman pimpinan perangkat daerah, kami akan berusaha sekuat tenaga pada tahun tahun berikut, agar minimal satu investor masuk ke Lembata ini," ungkap Pj Bupati Marsianus.
Maksimalkan Teknologi
Profesor Alo Liliweri menyebutkan, menghadapi era Indonesia Emas 2045 dan 50 tahun Otonomi Lembata, pemerintah perlu memanfaatkan teknologi dan membuka diri pada ekonomi global.
"Jangan khawatir dengan pengaruh global. Orang bilang Budaya global mempengaruhi budaya lokal. Sekarang hipotesisnya terbalik, Budaya lokal mempengaruhi budaya global," ungkap Prof Alo Liliweri.
"Orang tidak tau melalui musik, lagu "ke kiri ke kiri" dari Maumere, NTT, dapat digandrungi di Yugoslavia, Eropa latin, dan dunia. Musik itu sangat universal. Sekarang dengan teknologi, kita dapat menjual produk yang kita hasilkan, bisa kita pasarkan ke seluruh dunia," ungkap
Profesor Alo Liliweri.
Ia mengatakan, generasi ke depan adalah generasi Alfa dan Beta, ini generasi Paperless, tidak pake kertas lagi.
Guru pada jaman ini tangannya selalu bersih. Sekarang SDM kita siap literasi digital. Kebutuhan internet sekarang sudah seperti 10 bahan pokok. Manfaatkan itu untuk memacu perubahan di Lembata.
Sementara itu, Doktor Yosep Yapi Taum menyampaikan Lembata perlu dipimpin dan dibangun oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang sejarah, budaya, konflik, dan perbedaan di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
Sastrawan dan akademisi dari Universitas Sanata Dharma Jogjakarta itu mengatakan, Lembata tidak boleh dibiarkan dipimpin dan dibangun oleh petualang-petualang politik dan bisnis, yang tidak memahami bagaimana Lembata terbentuk, bagaimana membaca perbedaan yang sungguh-sungguh ada di dalam masyarakat, bagaimana merancang perubahan yang akan terjadi di masa depan, dan bagaimana menciptakan keharmonisan dan integrasi masyarakat.
Lembata adalah sebuah payung besar untuk semua ata Lembata. Di bawah payung besar itu, berlindung suku-suku, bahasa, agama, dan adat yang berbeda-beda. Lembata adalah tanah yang bisa menerima perbedaan karena sejak awal Lembata tidak dihuni oleh masyarakat yang homogen.
Inilah saripati pesan terpenting dari buku ini: demokrasi yang harus dikembangkan di Lembata adalah model demokrasi multikultural, bukan unitarian.
Lembata membutuhkan pemikir, pembaca, intelektual, dan pekerja sebagaimana diteladani oleh kaum cendekiawan Lembata yang memperjuangkan otonomi Lembata, yang merindukan Lembata tidak lagi terpuruk dan terbelakang. (OL-13)
Baca Juga: Buku Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Otonominya ...