UNIVERSITAS Brawijaya menjalin kolaborasi dengan U.S. Dairy Export Council (USDEC) mengadakan lokakarya yang mengusung tema “Membangun Sinergi Penerapan Manajemen Krisis untuk Mengatasi Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku".
Lokakarya yang merupakan bagian kolaborasi pentahelix itu dilakukan di dua tempat, yaitu KPSP Setia Kawan, Nangkojajar, Senin (22/8) dan KUD Karang Ploso, Selasa (23/8).
“Kami bersyukur dengan terciptanya solidaritas antara pemerintah, akademisi, komunitas, bisnis, serta media untuk bersama-sama bangkit melawan wabah PMK yang saat ini sedang terjadi. Kami harapkan kerjasama ini bisa terus terjalin serta berkelanjutan dengan dukungan yang lebih besar lagi dari berbagai pihak,” ucap Hendrawan Soetanto, Guru Besar Ilmu Gizi Ternak Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Dalam lokakarya itu, Hendrawan megajarkan para peternak cara membuat ramuan herbal untuk membantu meningkatkan imunitas hewan ternak, obat herbal untuk penyembuhan luka, serta mengajak para peternak untuk membudidayakan beberapa “Tanaman Ajaib” seperti Echinacea dan juga Moringa (kelor).
Selain itu, Dr. Arie Sri Hardiastuti dari Departemen Kimia Universitas Brawijaya juga memperkenalkan manfaat eco-enzyme kepada para peternak serta mengajarkan cara pembuatannya kepada mereka.
Pada akhir acara, Universitas Brawijaya sebagai penyelenggara menyampaikan simbolis bantuan eco-enzyme kepada pimpinan koperasi yang kemudian diikuti oleh penyampaian simbolis bantuan desinfektan kepada pimpinan koperasi.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Pasuruan Diana Lukita Rahayu mengungkapkan, hingga saat ini Kabupaten Pasuruan sudah menerima lebih dari 85.000 dosis vaksin yang sudah diberikan kepada 60 persen populasi sapi di wilayahnya.
“Alhamdulillah sejauh ini kami, kami sudah menerima lebih dari 85.000 dosis vaksin, bahkan kami juga sudah memulai vaksinasi kedua. Namun, tantangan terberat kami berikutnya adalah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan hewan untuk melakukan vaksinasi. Di wilayah kami hanya terdapat 5 Puskeswan untuk mencakup 24 kecamatan, sehingga ini menjadi sebuah tantangan yang cukup berat," ungkapnya.
Baca juga : Peternak Waswas Harga Pakan Ayam Petelur Naik Terus
Direktur PT BULS (Berdikari United Livestock) Irman Yasin Limpo mengatakan tenaga kesehatan hewan di Kabupaten Sidrap juga terbatas.
“Jumlah dokter hewan sangatlah tidak memadai untuk dapat merawat lebih dari 6.000 ekor sapi pada fasilitas yang luasnya 11.000 hektar. Oleh karena itu kami juga menyerap tenaga dari SMK Peternakan dan juga veteriner lulusan universitas," katanya.
Ketua Umum DPP KNPI Muhammad Ryano Panjaitan mengatakan, kurangnya jumlah Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur patut untuk mendapatkan perhatian khusus, apalagi di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saat ini.
Ryano mengungkapkan, sejak awal merebaknya wabah PMK, ia telah mendengar dan menampung aspirasi dari berbagai pihak untuk kemudian menyampaikan rekomendasi/masukan kepada pemerintah.
Di sisi lain ia juga mengapresiasi pemerintah yang sejauh ini sudah berhasil menyediakan 7 juta vaksin PMK untuk didistribusikan kepada para peternak di berbagai wilayah di Indonesia.
Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kresno Suharto mengatakan, program pertama yang dicanangkan oleh pemerintah adalah melakukan vaksinasi dengan target pengadaan sebanyak 29 juta dosis hingga akhir tahun ini. Kemudian pemerintah juga ingin proses produksi vaksin di Indonesia dapat dilakukan secara local.
“Pusvet sudah bisa produksi vaksin PMK local, Insya Allah bulan September atau Oktober sudah bisa launching,” ujarnya.
USDEC Country Manager for Indonesia, Arief Rashidi berharap, aksi solidaritas itu bisa bergulir lebih besar kedepannya. (RO/OL-7)