10 August 2022, 17:09 WIB

Para Pelajar di Sikka Ikuti Kuliah Umum tentang Astronomi dalam Kearifan Lokal


Gabriel Langga |

PARA pelajar tingkat menengah atas di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mengikuti kuliah umum dengan menggali kekayaan astronomi dalam kearifan lokal.

Kuliah umum ini berlangsung di Kampus Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Muhammadiyah Maumere, Rabu (10/8), dengan menghadirkan Yudhiakto Pramudya PhD dari Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan dosen Fisika IKIP Muhammadiyah Maumere Adit Jufriansah yang mendapatkan dana hibah penelitian dari International Astronomical Union (IAU) Office for Astronomy Outreach (OAO).

Pada kesempatan itu, Adi Jufriansah mengatakan nenek moyang kita sebenarnya sudah belajar astronomi, misalnya dengan menggunakan perbintangan untuk menentukan siang dan malam serta pasang surut air laut.

Sebenarnya nenek moyang kita dahulu kala sudah mempelajari astronomi tetapi tidak menggunakan alat. Hal ini yang membedakan dengan  astronomi modern saat ini yang menggunakan alat.

"Kalau benar-benar penelitian memang harus kita pakai alat. Tetapi kalau melakukan kegiatan astronomi itu sebenarnya tidak semestinya pakai alat. Kita lihat nenek moyang kita dulu. Mereka hanya lihat bintang saja, mereka sudah tahu sehingga tadi kita berikan ilmu kepada para pelajar itu tentang astronomi modern, kemudian kita kaitkan dengan kearifan lokal," papar dia.

Menurut Adi, dalam pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan astronomi bisa digunakan dengan kearifan lokal yang ada.


Baca juga: Pemkot Sukabumi Kejar Target Penurunan Angka Stunting


"Sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari itu tidak bisa pisah dari astronomi seperti keberadaan matahari di mana pada pagi hari, itu sebenarnya astronomi juga," papar dia.

Adi menambahkan, pemberian kuliah umum kepada para pelajar bertujuan agar mereka lebih senang menekuni pelajaran Fisika melalui astronomi.

"Selama ini ada beberapa sekolah yang sering ikut lomba berkaitan dengan astronomi tetapi selama ini juga di angan-angan saja tidak pernah lihat langsung. Tadi kita ajak mereka melihat langsung astronomi melalui teropong. Poinnya kita ingin mereka belajar astronomi," papar dia.

Dalam kegiatan itu, pihaknya ingin memberi edukasi pada generasi penerus bangsa terutama mengangkat astronomi dalam lingkup kearifan lokal masyarakat Suku Bajo Wuring dalam navigasi menggunakan rasi bintang.

Menurutnya, Suku Bajo yang ada di Kabupaten Sikka merupakan suku yang hidup bebas mengembara di lautan luas sehingga sering dikenal dengan pengembara laut (sea nomads).

Pengembaraan Suku Bajo memberikan gambaran bahwa mereka telah mengenal rasi bintang, sebagai penunjuk melaut dan pulang yang dalam hal ini digunakan dalam navigasi. Pada situasi ini, etnoastronomi yang diambil pada Suku Bajo Wuring adalah bintang yang digunakan sebagai navigasi dalam berlayar.

"Pengenalan rasi bintang secara turun temurun telah menjadi budaya bagi Suku Bajo sebagai pelaut. Oleh karena itu perlu dilakukan pelestarian dengan keikutsertaan anak atau saudara dalam kegiatan melaut yang mana dapat disebut sebagai hand on learning. Meskipun secara perkembangan sosial banyak generasi yang mulai kehilangan budaya tersebut disebabkan alih profesi pekerjaan," pungkas dia. (OL-16)

BERITA TERKAIT