03 August 2022, 08:30 WIB

FP Unwar Perkenalkan Teknologi Pakan Fermentasi untuk Tingkatkan Produktifitas Babi Bali


Arnoldus Dhae |

FAKULTAS Pertanian Universitas Warmadewa (FP-Unwar) memperkenalkan teknologi pakan fermentasi dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak babi lokal Bali. 

Metode fermentasi, berdasarkan hasil penelitian, akan mampu meningkatkan kualitas pakan, terutama kandungan nutrisinya. 

"Induk babi Bali yang diberikan pakan fermentasi mampu meningkatkan jumlah kelahiran anak babi sekitar 9-13 ekor. Sedangkan yang tidak diberikan sekitar 5-9 ekor, sehingga dengan meningkatnya jumlah anak babi yang lahir maka secara ekonomi pendapatan peternak yang menjadi mitra meningkat," kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FP-Unwar Yan Tonga didampingi anggota tim I Gede Sutapa dan I Ketut Agung Sudewa, saat dikonfirmasi, Rabu (3/8) di Denpasar.

Baca juga: Indonesia Jalin Kerja Sama Internasional untuk Atasi PMK

Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Unwar itu menjelaskan, umumnya, selama ini, para peternak memberikan pakan berupa batang pisang (gedebong), daun-daunan (talas, ketela rambat, ketela pohon) yang dipotong-potong terlebih dahulu lalu direbus dan setelah dingin baru dicampur dedak padi atau jagung.

Ternak babi dengan pakan konvensional tersebut biasanya diberikan ke ternak babi sebanyak 2 kali sehari.

Yan Tonga mengungkapkan, jika hal itu dilakukan setiap hari dari mencari bahan pakan lalu direbus maka akan menyita waktu yang lama dan biaya yang lebih banyak. Kualitas pakannya juga belum bisa memenuhi standar kebutuhan nutrisi ternak babi yang dipelihara sehingga hal ini kurang efektif dan efisien serta tingkat produktivitas ternaknya rendah.

"Dengan memberikan sentuhan teknologi pakan yang efektif dan efisien sehingga membuat pakan bisa dibuat seminggu atau sebulan sekali dengan teknologi fermentasi tanpa perlu cari kayu bakar dan merebus pakan setiap hari," ungkap Yan Tonga.

Ia menyampaikan, teknologi pakan fermentasi ini telah disosialisasikan kepada masyarakat. Salah satunya kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Suka Nadi di Desa Pejarakan, Gerokgak, Buleleng. 

Kelompok yang beranggotakan 28 orang itu, hingga saat ini, masih melakukan usaha ternak babi Bali dalam skala kecil atau rumah tangga walaupun mengalami tingkat kematian sebesar 25% karena dalam pemeliharaannya masih dengan sistem perkandangan secara diumbar dan pakan seadanya.

Yan Tonga menambahkan beternak babi Bali sangat cocok dipelihara oleh ibu-ibu dalam skala usaha kecil atau rumah tangga karena dianggap sebagai celengan atau tabungan karena dengan pemberian pakan seadanya dan pemanfaatan limbah dapur babi Bali mampu memberikan pertumbuhan berat badan walaupun belum optimal. 

Saat ini, data tingkat kematian (mortalitas) anak-anak babi Bali sebelum disapih di atas 25%. Tingkat mortalitas ini masuk katagori sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan tingkat produktivitas babi Bali juga rendah.

Berdasarkan data Peternakan Provinsi Bali 2019, populasi babi Bali di Provinsi Bali selama kurun waktu 3 tahun dari 2017-2019 terjadi penurunan sebesar 27,51% . 

Populasi Babi Bali pada 2017 mencapai 215.000 ekor, 2018 sekitar 207.000 ekor, dan pada 2019 sebanyak 155.856 ekor. (OL-1)

BERITA TERKAIT