24 July 2022, 18:00 WIB

Santri Tasikmalaya Raih Medali Perak di Olimpiade Kimia di Tiongkok


Adi Kristiadi |

SANTRI dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Kelas XII Quranic Science Boarding School (QSBS) Al Kautsar 561 Tasikmalaya, Jawa Barat, Muhammad Dihya Aby Abdi Manaf, 17, meraih medali perak diajang Olimpiade Kimia International (International Chemistry Olympiad/IChO) ke-54 yang dihelat secara daring di Tianjin, Tiongkok.

Muhammad Dihya Aby Abdi Manaf, anak dari pasangan suami istri, Pipit Indah Purwanti, 40, dan Indra Somantri, sejak Sekolah Dasar (SD) Negeri Citapen sering mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) bidang Matematika. Aby demikian ia biasa disapa, saat kelas 4 SD ia meraih medali perunggu dan di Kelas 5 medali perak bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kemudian, saat di SMP Pribadi Bandung atau Bilingual Boarding School masuk finalis pada bidang Matematika.

"Saya anak tunggal, memang suka pelajaran matematika sejak SD. Sudah beberapa kali ikut kompetisi dan meraih medali, kali ini Alhamdulillah diajang Olimpiade Kimia International (International Chemistry Olympiad/IChO) ke-54 di Tianjin, Tiongkok, meraih perak," kata Aby, saat ditemui di sekolahnya di Al Kautsar 561 Tasikmalaya, Minggu (24/7/2022).

Aby mengatakan, sebelum mengikuti kejuaran diajang IChO ke-54 di Tianjin, Tiongkok dirinya belajar dibantu pihak sekolah. Kompetisi IChO ke-54 di Tianjin, Tiongkok dilaksanakan secara online selama satu hari di Novotel.

Menurutnya, persaingan di Olimpiade Kimia International di Tianjin, Tiongkok membuat dirinya sadar bahwa kemampuan dirinya masih harus terus dipacu. Selain dengan banyak belajar juga mengikuti kompetisi yang ada. Sayangnya di Indonesia masih sedikit kompetisi Sains yang berkelanjutan, paling yang sudah ada kompetisi OSN saja. Kompetisi yang rutin akan membuat semangat untuk belajar/berlatih soal-soal.   

Menurut dia, orangtua memilih memasukkannya ke Pesantren seperti di SMA QSBS Al Kautsar 561 Tasikmalaya bukan tanpa alasan. Di pesantren bisa belajar tentang agama lebih mendalam. Sarana pesantren juga mendukung minatnya, dimana selama di pesantren udah membuat sabun mandi dan cuci pakaian yang tidak mengandung bahan kimia dengan resep sendiri. Dia sudah 2 tahun produksi di Bandung dan Garut dengan nama Satelit.

"Saya sekarang fokus mencari beasiswa, terutama kedokteran. Saya sudah banyak tawaran kuliah ke luar negeri, tapi inginnya di Indonesia saja. Ya tapi lihat situasi saja,  kalau memag ke luar negeri dan dapat beasiswa ya saya akan berangkat," tuturnya.

Sementara itu, guru pengajar pesantren dan SMA QSBS Al Kautsar 561 Tasikmalaya, Ahmad Baihaqi mengatakan, pihaknya bangga atas prestasi yang didapatkan oleh Muhammad Dihya Aby Abdi Manaf di ajang IChO ke-54 di Tianjin, Tiongkok. Apalagi, pesantren dapat bersaing dengan negara lain dalam kancah internasional.

"Para peraih KSN maupun Olimpiade yang sekolah di SMA QSBS Al Kautsar 561 Tasikmalaya, memang mendapat beasiswa dari Yayasan. Setiap tahun ada seleksi bagi siswanya diambil 1-7 orang dilakukan pembinaan secara intensif. Di sini banyak yang berprestasi seperti Muhammad Dihya Aby Abdi Manaf, kami bina agar prestasinya makin cemerlang," pungkasnya. (OL-13)

Baca Juga: Cegah Kekerasan Anak LSM Sahabat Anak di Solo Beri Edukasi Lewat Dongeng

 

BERITA TERKAIT