PERSATUAN Umat Buddha Indonesia (Permabudi) bertekad akan menjadikan momen Perayaan Waisak tahun 2022 ini sebagai kesempatan untuk memperkuat moderasi beragama. Hal itu sesuai program pemerintah Indonesia.
"Waisak telah tiba, marilah kita menggunakan kesempatan ini untuk memperkuat menjalankan moderasi beragama sesuai dengan program pemerintah, untuk esok hari yang lebih baik dan bahagia bagi seluruh manusia," kata Ketua Umum Permabudi Prof Philip K Widjaja dalam sambutannya pada acara Darmasanti Waisak 2022 di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (16/5).
Philip menerangkan, sebagai jalan tengah untuk meneguhkan keluhuran bangsa, ini merupakan ajakan yang indah dari Permabudhi untuk Waisak tahun 2022. Hal itu tertuang dalam tema Waisak Nasional yakni “Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati”. Ini juga menggambarkan bagaimana sikap yang tidak berat kanan dan kiri sebagai dasar mencapai kebahagiaan.
"Waisak merupakan sebuah peringatan besar agama Buddha, yang tentu saja bukan hanya kita isi dengan ritual-ritual saja, namun juga kesempatan yang baik untuk me-review seberapa dalam pemahaman kita pada ajaran Sang Buddha, membersihkan batin,dan menimbang kembali seberapa jauh kita telah mengimplementasikan dalam kehidupan," tuturnya.
Menurut Phillip, komunikasi yang terbuka, bersosial yang tulus, kepedulian kepada yang lain, mau memahami yang lain, toleransi yang dapat dijaga dan sikap menghormati yang lain adalah dasar-dasar untuk dapat membenahi cara beragama sesuai pemahaman moderasi beragama. Melaksanakan kebaikan yang diajarkan dalam agama merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan dalam sikap beragama.
Baca juga: Pawai Waisak Nasional, Ribuan Umat Buddha Bergerak Menuju Candi Borobudur
Ia menceritakan, sebelumnya, sekitar bulan Agustus 2018, ia dan para tokoh agama yang bergabung dalam Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) menyelenggarakan sebuah acara The 7th World Peace Forum (WPF) di Hotel Sultan Jakarta. Acara itu dihadiri para petinggi negara, petinggi organisasi agama dari 43 negara. Tema Acara itu adalah The Middle Path for the World Civilizations (Jalan Tengah untuk Peradaban Dunia).
Middle Path (jalan tengah) yang dibahas saat itu meliputi tiga prespektif yaitu agama, ideologi dan ekonomi. Khususnya jalan tengah dalam beragama, sudah mengarah ke aspek-aspek moderasi beragama. Acara WPF waktu itu menghasilkan pemahaman bersama untuk mengarus-utamakan jalan tengah sebagai prinsip untuk perwujudan peradaban dunia, termasuk implementasi dalam kehidupan beragama.
Sebagai pemuka agama dan umat Buddha, ia merasa perlu menonjolkan keteladanan, mesosialisasikan untuk dapat mengimplementasikan pelaksanaan jalan tengah, di dalam kehidupan beragama masyarakat. (OL-5)