SEORANG ibu berkerudung hijau bermotif bunga terlihat memegang celana panjang motif kotak-kotak. Dilihatnya dengan teliti celana panjang tersebut dan akhirnya memutuskan untuk membelinya. Dikeluarkan uang senilai Rp100 ribu dari dompet dan sang penjual, Ida, dengan gesit memberikan kembalian kepada sang ibu.
Ida, warga Tegalgubung, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon merupakan salah satu pedagang di pasar sandang Tegalgubug, Kabupaten Cirebon. Pasar sandang yang sempat dinobatkan sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara semula hanya beroperasi dua hari dalam sepekan yakni, Selasa dan Sabtu. Namun sejak sekitar tiga tahun lalu bertambah menjadi tiga kali yaitu Selasa, Jumat dan Sabtu.
Di setiap hari pasaran terjadi perputaran uang yang cukup besar di pasar tersebut. Termasuk di lapak milik Ida yang konsisten memilih berjualan celana panjang. "Tinggal menyesuaikan dengan trennya saja," tutur Ida.
Sebelum pandemi Covid-19 terjadi Ida mengaku bisa menjual hingga 100 lusin celana panjang per minggu. Namun dua tahun pandemi menerjang bisa terjual 20 persennya saja Ida mengaku sudah bersyukur.
Tahun ini, seiring dengan melandainya kasus Covid-19, Ida bisa sedikit bernafas lega. Perlahan penjualan celana panjangnya mulai naik. "Sekitar 40 persen lah sekarang," tuturnya. Ida sangat berharap menjelang lebaran 2022 penjualan celana panjang di lapak nya terus meningkat.
Ryan, seorang pedagang baju wanita pun mengungkapkan kegembiraan yang sama. "Saat ini, terutama jelang lebaran, ada lah kenaikan 40 sampai 50 persen. Walaupun belum bisa mencapai sebelum pandemi terjadi," tuturnya.
Mereka masih memiliki waktu Jumat dan Sabtu pekan ini serta pekan depan untuk berjualan sebelum lebaran tiba.
Masa lebaran, lanjut Ryan, sebenarnya sangat ditunggu oleh pedagang. Karena saat itu penjualan sandang untuk kebutuhan berlebaran akan tinggi. Namun selama dua tahun, sejak pandemi Covid-19 menerjang penjualan pakaian di pasar tersebut menurun drastis. "Mudah-mudahan tahun ini lebih baik," harapnya.
Pedagang lainnya, Ato, justru mengungkapkan hingga kini belum bisa meraih keuntungan sebelum pandemi menerjang. "Biasanya sehari pasaran bisa dapat sampai Rp 27 juta. Tapi sekarang hanya Rp 13 juta," tutur Ato.
Ato yang berjualan aneka celana panjang, mulai berbahan kain hingga jeans. Ato juga sangat berharap pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga perekonomian kembali bergairah dan dagangannya laku. "Saat ini kita juga bersaing dengan orang yang berjualan secara online," tuturnya.
Sementara itu Khaeron, kepala pasar Tegalgubug, juga mengakui jika saat ini kehidupan di pasar Tegalgubug mulai bergairah. "Mudah-mudahan bisa terus meningkat," tuturnya. Pasar Tegalgubung merupakan pasar sandang yang beroperasi sejak 1940 an di atas lahan sekitar 11 hektar. Sekitar 5 ribu pedagang pakaian berjualan di pasar tersebut yang sebagian besar pedagang berasal dari warga setempat.
Bertambahnya hari beroperasinya pasar menurut Khaeron untuk melayani pembeli yang datang dari luar daerah bahkan luar pulau yang biasanya mulai datang Jumat. Tak heran, setiap Jumat dan Sabtu pembeli di pasar tersebut akan lebih padat dibandingkan pada Selasa yang didominasi warga lokal. (OL-13)
Baca Juga: Daya Beli Turun Harga Daging Sapi dan Ayam di Subang Turun