19 April 2022, 14:32 WIB

Lahan Gambut Bakal Jadi Pelajaran di SD Banyuasin dan OKI


Dwi Apriani |

SEKOLAH dasar di Kabupaten Banyuasin dan Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, bakal menerapkan muatan lokal pendidikan gambut dan daerah aliran sungai atau DAS.

Pengembang Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyuasin Farhil Huda mengatakan pihaknya menunjuk tiga sekolah dasar (SD) yang tersebar di tiga kecamatan untuk menjadi sekolah percontohan.

"Muatan lokal (mulok) ini sebagai upaya pencegahan kerusakan gambut serta kebakaran hutan dan lahan dengan sasaran anak didik di tingkat SD," kata Farhil, Selasa (19/4).

Farhil menjelaskan pihaknya berupaya mengenalkan gambut sejak dini kepada siswa, termasuk pula merawat dan menjaga gambut.

"Di sisi lain bagaimana memanfaatkan gambut agar lahan tersebut tetap produktif," imbuhnya.

Pihaknya pun menargetkan separuh dari total 510 SD di Banyuasin dapat melaksanakan mulok tersebut. Menurutnya, tidak semua sekolah berpotensi untuk mendapatkan pengajaran tentang gambut dan DAS karena kurang berkaitan dengan kondisi geografis setempat.

Dia mengatakan Banyuasin merupakan daerah yang memiliki sebaran gambut cukup luas, sehingga saat kemarau tiba kabupaten itu turut menjadi penyumbang asap akibat karhutla.

Baca juga:  Restorasi Gambut dan Mangrove Jadi Prioritas untuk Capai Target NDC

Diketahui, Dinas Pendidikan di Banyuasin dan OKI mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, Forum DAS Sumsel yang bekerja sama dengan World Agroforestry (ICRAF) Indonesia untuk penyusunan kurikulum muatan lokal tersebut.

Research Officer ICRAF Indonesia Syifa Fitriah Nuraeni mengatakan terdapat sembilan SD di dua kabupaten itu yang sedang uji coba bahan ajar. Adapun jumlah tenaga pendidik mencapai 80 orang.

"Nantinya setelah lokakarya, kemudian uji coba di SD dan akan ada evaluasi, setelahnya baru disahkan kepala daerah setempat," ungkap Syifa.

Syifa mengemukakan pihaknya menargetkan tahun ini kurikulum mulok tentang gambut dan DAS bisa disahkan. Pengetahuan tentang gambut dan DAS sebetulnya sudah banyak, namun demikian masyarakat yang tinggal di lahan gambut, salah satunya Sumsel, banyak yang belum memahami keunikan gambut.

"Setidaknya siswa SD sudah dikenalkan tentang gambut sehingga untuk kegunaan masa depan seperti apa," tuturnya.

Widya Prada Ahli Madya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumsel mengatakan mulok tersebut masuk dalam pembelajaran IPA dan Bahasa Indonesia pada siswa SD Kelas 4, 5 dan 6.

"Konsep yang diterima di tingkat dasar tentunya bisa dikembangkan ke tingkatan lebih tinggi di SMP bahkan SMA. Ini adalah langkah konkret bagaimana cara melestarikan lahan gambut harus disampaikan," tukasnya.(OL-5)

BERITA TERKAIT