25 March 2022, 15:03 WIB

Tani Centre IPB Pantau Ancaman Belalang Kembara di Pulau Sumba


Mediaindonesia.com |

POPULASI hama belalang kembara yang semakin meningkat menarik perhatian Tani Centre IPB University. Digandeng Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Tani Centre IPB melakukan pemetaan populasi dan eksplorasi musuh alami belalang kembara. 

Kepala Tani Centre IPB Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc mengatakan saat ini keberadaan hama belalang kembara sudah mulai mengkhawatirkan. "Kegiatan pemetaan dan eksplorasi selama sepekan di Pulau Sumba mengumpulkan data-data yang diperlukan tim untuk menentukan rekomendasi strategi pengelolaan belalang kembara ke depan," kata Hermanu dalam keterangannya di Bogor, Jumat (25/3). 

Hermanu juga menegaskan perlu aksi nyata dari para pihak, termasuk IPB. Aksi nyata ini, kata dia, dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan hama belalang kembara sebagaimana yang pernah terjadi pada dekade 1970-an. "Apabila tidak dilakukan penanganan, dikhawatirkan belalang kembara akan mengancam produksi pangan Pulau Sumba. Belalang kembara merupakan hama endemik di Pulau Sumba. Sekarang populasinya mulai meningkat," ujarnya. 

Tani Centre IPB merupakan salah satu komponen dari Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara Ramah Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tim ini dibentuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan. 

Dalam tim ini terlibat sejumlah pakar, mulai dari dunia pendidikan seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Timor, dan Universitas Cendana. Ada juga Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan BPTP Provinsi NTT. "Pembentukan tim ini merupakan salah satu tindak lanjut pengelolaan belalang kembara di Pulau Sumba," kata Dr. Mohammad Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan yang juga menjadi ketua tim.  

Mulyadi mengatakan penanganan hama belalang kembara dalam jangka panjang akan diupayakan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian ramah lingkungan. "Tim akan melakukan eksplorasi agens pengendali hayati spesifik Pulau Sumba yang akan dimanfaatkan untuk mengendalikan belalang kembara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain ini, akan diupayakan konservasi musuh alami yang sekarang populasinya sudah langka."

Mulyadi menjelaskan selama seminggu, tim telah mengumpulkan data-data melalui monitoring secara langsung di berbagai kecamatan yang menjadi kantung populasi belalang kembara yang ada di pulau Sumba  (Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah) dan Pulau Timor (Kabupaten TTU dan Belu). Beberapa strategi yang direkomendasikan oleh tim, kata dia, di antaranya konservasi musuh alami melalui peraturan perundangan seperti perlindungan burung branjangan Sumba. 

Baca juga: Polisi Tangkap Dua Pelaku Curanmor di Sidoarjo

Rekomendasi lain yakni menggali potensi pengendalian ramah lingkungan seperti agens pengendali hayati, parasitoid, dan predator, memanfaatkan potensi belalang kembara sebagai bahan pakan ternak, serta membangun database terkait belalang kembara. "Dengan penetapan strategi tersebut diharapkan para stakeholders yang terkait dapat bersinergi untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan hama endemik Pulau Sumba tersebut," kata Mulyadi. Secara umum, pakar yang telah melakukan pengamatan ialah Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc (IPB), Dr. Paulus Taek, M.S. (Univ. Nusa Cendana), Dr. Nikolas Nik, SP., M.Si serta Aloysius Rusae, SP. M.Si (Univ. Timor). Para pakar telah bekerja selama sepekan, mulai 14 Maret lalu. (RO/OL-14)

BERITA TERKAIT