SEKTOR pariwisata di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur mulai berdenyut kembali. Setelah adanya pelonggaran PPKM dan juga jasa penggunaan pernebangan saat ini tidak menggunakan lagi surat rapid test apabila sudah divaksin Covid-19 ketiga, sehingga antusiasme masyarakat saat ini mulai melakukan perjalanan wisata dan aktivitas hiburan.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Sikka, Petrus Poling Wair Mahing menyatakan, sebelum pandemi sektor pariwisata mulai naik. Lalu, datang pandemi Covid dan sektor pariwisata mengalami penurunan drastis.
Sebelum pandemi, jelas Petrus Poling, lama tinggal wisatawan mancanegara dan Nusantara di Kabupaten Sikka pada kisaran 2,16 per hari. Kemudian, pada tahun 2018, naik lagi menjadi 2,21 perhari. Pada tahun 2019 lama tinggal wisatawan mulai naik menjadi 2,50 perhari.
Namun di masa pandemi, ungkap dia, lama tinggal kunjungan wisatawan mulai turun drastis. Pada tahun 2020, lama kunjungan wisatawan menjadi 1,27 perhari. Selanjutnya di tahun 2021, naik lagi menjadi 1,49 per hari.
"Kita punya Length of stay atau LOS lama tinggal wisatawan di Kabupaten Sikka alami penurunan drastis. Padahal, kita punya target itu lama kunjungan wisatawan di Kabupaten Sikka bisa menembus menjadi 3 per-hari. Jadi saat ini kita merangkak lagi," papar dia, Rabu (16/3).
Terkait total wisatawan, Petrus Poling menuturkan pada tahun 2017, jumlah wisatawan yang menikmati sektor pariwisata berjumlah 47.228 orang. Pada tahun 2018, jumlah wisatawan naik menjadi 50.212 orang. Pada tahun 2019 awal pandemi kita alami penurunan dengan jumlah wisatawan 44.168 orang. Selanjutnya pada tahun 2020 turun menjadi 20.986 orang. Kemudian tahun 2021 jumlah wisatawan mulai perlahan naik lagi menjadi 25.933 orang.
"Saya berharap kondisi ini membuat kita mulai percaya diri untuk tetap eksis di dalam perkembangan wisata kita karena pada tahun 2021 meski dilanda pandemi jumlah wisatawan kita mulai perlahan naik," harap dia
Dikatakannya lagi, dalam evaluasi dan analisis kita bahwa wisatawan mancanegara yang datang di Kabupaten Sikka itu bisa mengeluarkan uang dalam sehari itu sekitar Rp1 juta untuk belanja. Sementara untuk wisatawan Nusantara bisa habiskan Rp600 ribu per hari untuk belanja.
Jika angka uang yang dibelanjakan itu dikalikan lama tingga, lalu dikalikan dengan jumlah kunjungan maka pada tahun 2017, PAD Sikka mendapatkan Rp82,4 miliar. Pada tahun 2018 capai Rp 93,1 miliar. Namun, pada tahun 2019, awal-awal pandemi turun menjadi Rp92,0 miliar. Selanjutnya pada tahun 2020 turun cukup drastis dengan Rp20,2 miliar.Pada tahun 2021
perlahan naik lagi menjadi 29,1 miliar.
"Tahun 2022 ini, kita berharap pariwisata di Kabupaten Sikka bergairah lagi. Kami sangat optimis sekali pariwisata kita bangkit lagi," ujar dia.
Selama pandemi, ungkap dia, pihaknya mulai melakukan kegiatan pelatihan desa wisata, fotografi, kuliner dan sebagainya. "Kita harapkan momentum 2022 ini ruang bagi kita bangkit dari keterpurukan sebelumnya meski kita harus merangkak," pungkas dia. (OL-13)
Baca Juga: KSP: Pembelajaran Tatap Muka 100% Harus Berjalan Kembali