25 February 2022, 22:20 WIB

Rumah Amal Salman dan Mahasiswa ITB Bantu Industri Rumahan di Bogor


Bayu Anggoro |


SAAT ini industri rumahan menjadi salah satu jenis usaha mikro
yang digeluti oleh banyak kalangan. Selain modal yang terjangkau,
industri rumahan juga dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar.

Dalam rangka membantu pengembangan usaha ini, Rumah Amal Salman Bandung
bersama mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung mengunjungi salah satu industri rumahan di Tarikolot, Bogor, Jawa Barat.

Kunjungan ini diharapkan membantu pelaku usaha dalam menerapkan metode yang dapat diimplementasikan agar produktivitas suatu industri menjadi efektif dan efisien.

Perwakilan Rumah Amal Salman, Abdul Azis, menjelaskan, dalam kunjungan
tersebut mahasiswa yang tergabung dalam program Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) melakukan sosialisasi sekaligus mengimplementasikan
penggunaan teknologi  produksi tapioka kepada pelaku industri rumahan.

Ada 3 produk teknologi yang disosialisasikan, di antaranya mesin perajang endapan sagu tapioka, mini screenhouse portable berbasis arduino, dan instalasi pengolahan ilmbah (IPAL) portable.

Sebagai lembaga zakat yang juga memiliki konsentrasi pada program
pengembangan teknologi menjadi penghubung antara kaum akademisi dengan
desa, Rumah Amal mendampingi mahasiswa dalam pembuatan teknologi,
sekaligus menjadi pemodal awal dalam pembuatan produk teknologi untuk
industri rumahan di desa.

"Sudah saatnya mahasiswa mempertajam empati dan menerapkan keilmuannya untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh masyarakat, terutama industri rumahan di desa," kata Abdul Aziz, Jumat (25/2).

Keberhasilan dari kegiatan ini tidak terlepas dari pendampingan dan arahan Paguyuban Tarikolot dan Masyarakat Singkong Indonesia yang sudah lama memberdayakan para pelaku industri tapioka, di Kelurahan Ciluar, Kota Bogor.

Salah satu pemilik industri rumahan, Gito, mengakui sagu tapioka yang dikeringkan menggunakan mini screenhouse lebih cepat kering dan  
kualitasnya juga maksimal.

Dia menambahkan, meski alat pengeringnya terbilang sederhana,
teknologi seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh para pelaku industri rumahan.

"Terlebih ketika memasuki musim penghujan, langit seringkali
mendung dan tidak ada terik matahari, menjadikan penjemuran tapioka
menghabiskan waktu hampir seharian. Metode pengeringan manual
berdampak pada kurangnya produktivitas," tambah Gito. (N-2)

BERITA TERKAIT