FESTIVAL Kampung Tematik Kota Malang, Jawa Timur, sudah bergulir sejak Jumat (1/10). Festival tersebut menghadirkan promosi 22 kampung di Kota Malang yang menampilkan 27 momen pertunjukan kreatif di tengah situasi pandemi covid-19.
Hingga kini, prosesnya sudah berlangsung di delapan kampung. Nantinya, potensi besar kampung-kampung pada Festival Kampung Tematik tersebut disiarkan secara langsung melalui live virtual event sepanjang Oktober-November 2021.
Kehadiran Festival Kampung Tematik ini tidak lepas dari keinginan para pegiat Forum Komunikasi (Forkom) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kota Malang yang tidak ingin berdiam diri.
Para pelaku seni, budaya, jasa wisata, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tersebut ingin terus berkarya menghidupkan kampung-kampung di Kota Malang kendati suasana masih pandemi covid-19.
Karena itu, meski sektor pariwisata masih ditutup, geliat kampung sengaja dihadirkan untuk sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat tetap berdaya. Wisatawan pun bisa menyaksikan secara langsung objek wisata berbasis kampung tematik yang eksotis.
Wali Kota Malang Sutiaji pun mengapresiasi sekaligus mendukung penuh gelaran yang membangkitkan spirit optimistis untuk pemulihan pariwisata di Kota Malang tersebut.
Menurut dia, virtual event Festival Kampung Tematik ini dapat terselenggara atas kolaborasi Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Dinas Pemuda, Pariwisata, dan Olahraga (Disporapar) bersama Forkom Pokdarwis, Pokdarwis kampung tematik, Karang Taruna, masyarakat, dan sejumlah komunitas.
Kepala Disporapar Kota Malang Ida Ayu Made Wahyuni menyampaikan terselenggaranya Festival Kampung Tematik ini merupakan komitmen bersama insan pariwisata untuk bangkit dan beradaptasi di tengah pandemi.
Yang tak kalah penting, festival ini bahkan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Hal itu terlihat dari perwakilan dua kementerian tersebut yang meninjau kesiapan protokol kesehatan dan spot-spot unggulan. Kampung Heritage Kajoetangan, misalnya, dipilih sebagai spot unggulan dalam kaitan program smart city (kota cerdas) oleh Kemenkominfo yang mengambil tema pariwisata.
Terkait dengan hal itu, Wali Kota Malang Sutiaji mengutarakan bahwa konsep kota cerdas memang perlu untuk dihadirkan pada berbagai komponen. "Jadi, terkait master plan, semua area smart city, kami membuat wadah. Jadi, ada smart governance, smart economy, smart branding, smart living, smart society, dan smart environment," terangnya.
Basis smart city, lanjutnya, tidak hanya terpaku pada digitalisasi, tapi juga mengarah pada terkoneksinya satu data yang dapat diakses dengan mudah dan transparan.
Ia pun mendorong smart city terwujud di Kota Malang guna memperkukuh Kota Malang sebagai pilar penyangga di kawasan pariwisata prioritas nasional Bromo Tengger Semeru. "Tentu, pelaksanaannya perlu sinergi bersama dari tiga daerah di Malang Raya," ucap Sutiaji.
Destinasi wisata
Ketua Forkom Pokdarwis Kampung Tematik Kota Malang Isa Wahyudi atau akrab disapa Ki Demang, mengatakan 22 kampung tematik yang tampil dalam Festival Kampung Tematik Kota Malang merupakan bagian penting dari destinasi pariwisata.
Pasalnya, sejak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat pada Juli 2021, seluruh kampung ditutup total. Kini, kampung-kampung tersebut sudah dibuka secara daring.
"Kampung tematik dibuka untuk edukasi wisata secara virtual setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu selama Oktober dan November 2021," ungkap Isa yang juga penggagas Kampung Budaya Polowijen.
Ia menguraikan setiap pergelaran, Pokdarwis menampilkan ciri khas kampung, termasuk dalam hal ini potensi UMKM. Sendratari juga hadir guna mewarnai setiap festival yang dipadukan dengan pameran, promosi, dan edukasi.
Dukungan akademisi Universitas Negeri Malang pun turut berkontribusi melalui kegiatan yang membangkitkan perekonomian masyarakat tersebut. Mereka membina kerajinan batik hingga mengkreasikan sendratari oglek untuk menyambut tamu atau wisatawan yang merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi.
"Intinya, dalam menghidupkan kampung tematik tersebut, Pokdarwis melakukannya secara bersama-sama dengan melibatkan berbagai pihak," ungkap Isa.
Masyarakat pun bisa menyaksikan secara langsung keunggulan kampung secara daring. Sejumlah pergelaran dan festival virtual tersebut di antaranya Festival Batik Polowijen, Gugur Gunung, Kampung Tridi, Kampung Terapi Hijau, Kampung Tangguh, Kampung Warna-Warni, Festival Lampion dan Keramik Corner, Kampung Glintung, dan Kampung Kayutangan.
Selain itu, ada Festival Tempe Sanan, Gribig Religi, Kampung Gerabah, Lempeng Agung, Kampung Putih, Parade Jajanan Lawas, Panen Raya Nila, Panawijen Djaman Biyen, hingga Festival Topeng Malangan dan urban farming menjadi daya tarik tersendiri selama masa pandemi covid-19.
"Kami juga mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya protokol kesehatan dan mengedukasi calon wisatawan bahwa kampung tematik Kota Malang hidup dan berkembang, warganya bangkit dan berkarya," kata Isa.
Menurut Isa, festival tersebut bermakna promosi wisata, edukasi, dan business matching. Itu karena ekonomi kreatif yang berkembang di level kampung bisa dikolaborasikan lebih luas secara nasional.
Bukan hanya itu, kampung tematik yang menjadi rintisan coworking space juga menghubungkan para kreator untuk kerja bareng.
Di kampung tematik, para pelaku wisata, seni, budaya, UMKM, dan ekonomi kreatif bisa saling bekerja sama, bertukar informasi dan gagasan, lalu karya-karyanya dihubungkan antardaerah.
"Saat ini warga terus bekerja dan berdaya, membangun kampung. Ekonomi kreatif bergerak dari kampung ke kampung," pungkas Isa. (BN/S3-25)