KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) menilai meningkatnya kasus covid-19 di DKI Jakarta tidak selamanya dipandang buruk. Peningkatan kasus membuktikan bahwa instrumen deteksi dini penularan virus korona berjalan optimal.
"Mengapa DKI kemudian 4.000 (kasus) atau kurang lebih 50% kasus yang dideteksi itu bukan suatu prestasi buruk, malah justru merupakan effort sangat baik, mendeteksi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, dalam diskusi daring bertajuk 'Menahan Gelombang Omicron', Sabtu (29/1).
Nadia mengatakan situasi akan membingungkan kalau kasus tidak ditemukan tapi banyak orang yang sakit. Situasi tersebut janggal karena adanya perbedaan angka dan situasi di lapangan.
"Justru itu tidak berjalan sistem upaya pencegahan 3T-nya (testing, tracing, treatment)," ujar Nadia.
Baca juga: PAPDI Imbau Masyarakat Jangan Ragu untuk Vaksin Booster
Nadia mendorong puskesmas di wilayah masing-masing untuk menggencarkan 3T. Langkah itu sebagai upaya optimal untuk mencegah meluasnya penularan covid-19.
"Jadi pada prinsipnya tracing dan testing kan memang tugas dari pada wilayah atau fasilitas kesehatan setempat artinya puskesmas," ujar Nadia.
Kasus covid-19 di DKI Jakarta bertambah 4.558 per Jumat, 28 Januari 2022. Ibu Kota menyumbang hampir 50% dari total kasus positif covid-19 harian di Indonesia yang mengalami lonjakan 9.905 kasus. (A-2)