20 April 2021, 14:41 WIB

Cegah Cagar Budaya Rusak, MRT Pasang Sensor Selama Pembangunan


Putri Anisa Yukiani |

PT MRT Jakarta melakukan berbagai upaya mitigasi kerusakan gedung dan situs cagar budaya selama pembangunan Fase 2A dari Bundaran HI-Kota. Saat ini, PT MRT Jakarta tengah membangun pake CP 201 dari Bundaran HI ke Monas dan baru saja menandatangani kontrak CP 203 dari Glodok ke Kota.

Diketahui khususnya di sepanjang paket Cp 203 dari Stasiun Glodok hingga Stasiun Kota, kontraktor akan menemukan banyak bangunan cagar budaya yang harus dijaga keberadaannya dan kelestariannya selama pembangunan yang ditargetkan selesai dalam waktu 6 tahun. Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan pihaknya memasangi gedung-gedung cagar budaya dengan sensor guna memantau kondisi gedung-gedung cagar budaya tersebut.

"Sensor ini akan memberikan kita 'warning' apabila terjadi sesuatu selama pengerjaan konstruksi bawah tanah stasiun dan terowongan jalur MRT," kata William dalam acara penandatanganan kontrak CP 203 di Kota Tua, Selasa (20/4).

Dihubungi terpisah, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan beberapa gedung yang dipasangi sensor di antaranya adalah Museum Bank Mandiri, Kantor Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Gedung Candra Naya hingga gedung Stasiun Jakarta Kota.

Silvia mengatakan sebelum pembangunan akan dilakukan tes tanah dan analisis dampak konstruksi terhadap gedung-gedung di sekitar lokasi proyek.

"Akan keluar angka batasannya. Sensor itu terhubung di sistem kami, bahkan di gawai saya. Kalau ada pergerakan konstruksi yang mendekati angka batas aman akan kami hentikan untuk melihat aman atau tidak. Kalau aman, bisa lanjut. Kalau tidak, harus dihentikan dan dikondisikan dulu," jelas Silvia.

Baca juga:  MRT Jakarta Tanda Tangani Kontrak Pengerjaan Stasiun Glodok-Kota

Selain itu, dalam pembangunan bersama kontraktor juga melakukan analisis dampak konstruksi terhadap gedung-gedung lainnya. Gedung-gedung non-cagar budaya pun akan dipasangi sensor serupa bila memang dari hasil analisis dampak konstruksi itu ditemukan berdampak pada gedung tersebut.

Pihaknya juga diawasi oleh Tim Sidang Pemugaran (TSP) dan Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) DKI Jakarta. Pembangunan MRT Jakarta Fase 2 ini menggunakan sistem 'design and build'.

"Jadi saat lelang kami membangun rencana dasarnya. Setelah lelang, kontraktor bertugas membuat 'detail engineering design' atau DED. Setelah DED selesai kami akan kembali berkonsultasi dengan TSP dan TACB DKI. Setelah dari mereka setuju, barulah kami memulai konstruksinya. Mereka akan memantau terus konstruksi ini," pungkasnya.

Sementara itu, paket CP 203 Stasiun Glodok-Kota ditargetkan mulai dibangun tahun ini serta selesai dan dapat beroperasi pada Agustus 2027. Pembangunan paket ini menelan dana Rp6 triliun.(OL-5)

BERITA TERKAIT