PRESIDEN Sierra Leone Julius Maada Bio pada Jumat (15/9) menuduh Amerika Serikat (AS) menekan dirinya untuk turut campur dalam pemilu di negaranya pada Juni kemarin. Hal tersebut dia lontarkan dalam sebuah acara di American University, Washington, AS.
"Ketika suasana pemilu telah sangat panas, jelang pengumuman hasil, itu lah waktu masalah dimulai," kata Bio yang terpilih kembali menjadi presiden Sierra Leone pada pemilu kemarin.
Komite Pemilu Sierra Leone (ECSL) saat itu telah melakukan penghitungan. Tiba-tiba dirinya diminta oleh AS agar ECSL tidak mengumumkan hasilnya. "Jadi saya tidak tahu siapa yang dituduh siapa yang ikut campur," tegasnya.
"Mereka (ECSL) adalah badan independen, lembaga semiotonom. Saya katakan saat itu saya menolak (ikut campur), saya tidak akan menahan ECSL, tidak akan saya hubungi mereka," kata Bio.
Baca juga: Rudiger Luncurkan Yayasan Pendidikan di Sierra Leone
Hasil pemilu yang memenangkan Bio memang dikritik banyak pihak, utamanya oleh rival terkuatnya, yaitu Samura Kamara. Bio menang dengan 56% suara atau di atas 55% untuk tidak mengikuti pemilu ulang.
AS menjadi salah satu negara yang juga mengkritik pemilihan presiden Sierra Leone yang dianggap tidak transparan dalam proses tabulasi. Selain AS, Prancis, Irlandia, dan Jerman juga memiliki pandangan serupa.
Negeri Paman Sam bahkan sampai mengeluarkan kebijakan untuk tidak mengeluarkan visa kepada mereka yang dianggap terlibat dalam upaya meruntuhkan demokrasi di Sierra Leone.
Baca juga: Sierra Leone Mulai Kampanye Vaksinasi Covid-19
Pemilu, kata Bio, pasti adalah sesuatu yang kontroversial, bahkan bagi AS sendiri. "Ketika AS ragu dengan kredibiltas pemilu, Anda akan menyerukan kudeta," kata Bio.
"Para perwakilan AS mengatakan yang diinginkan hanya pemilu ulang. Saya tetap akan menang karena jajak pendapat sudah jelas," kata Bio.
Sementara itu, Menteri Penerangan Sierra Leone Chernor Bah mengatakan tidak bisa menjelaskan motivasi AS terkait pemilu di negaranya. (AFP/Z-6)