PASUKAN Israel pada Kamis (8/6) menghancurkan rumah seorang warga Palestina di Tepi Barat yang dituduh melakukan pengeboman kembar di Jerusalem. Kejadian pada November lalu itu menewaskan dua orang Israel, termasuk seorang remaja.
Tentara menggunakan bahan peledak untuk membuat apartemen lantai pertama di Ramallah, tempat tinggal Aslam Faroukh, tidak dapat dihuni lagi, lapor seorang wartawan AFP. Faroukh ditangkap pada Desember dan dituduh melakukan pengeboman pada 23 November di halte bus Jerusalem yang menewaskan seorang warga Israel-Kanada berusia 15 tahun dan seorang warga Israel berusia 50-an.
Itu pengeboman pertama yang menargetkan warga sipil Israel sejak 2016. "Rumah itu dihancurkan setelah banding ke Mahkamah Agung terhadap penghancuran itu ditolak," kata tentara dalam suatu pernyataan.
Baca juga: Ledakan pada Pangkalan Militan Palestina di Libanon, Israel Bantah Terlibat
Bentrokan meletus ketika pasukan memasuki Ramallah, Rabu malam, untuk melakukan pembongkaran rumah itu, seorang koresponden AFP melaporkan, dengan warga Palestina melemparkan batu ke kendaraan militer Israel. Kementerian kesehatan Palestina mengatakan bahwa 35 orang terluka selama serangan itu.
Tentara Israel mengatakan telah menanggapi kerusuhan kekerasan dengan cara pembubaran. "Malam yang panjang, dari jam 11 malam (waktu setempat) sampai pagi," kata Um Mohammed Faroukh, seorang kerabat yang tinggal di daerah tersebut. "Ada gas air mata dan pemuda terluka."
Baca juga: PBB Kutuk Pembunuhan Balita Palestina oleh Militer Israel
Moamen Sumreen, 22, seorang jurnalis Palestina yang berbicara tentang serangan Israel, terluka parah setelah kepalanya terkena peluru karet, kata keluarganya kepada AFP. Pamannya Mohammed Sumreen, juga seorang jurnalis, mengatakan mereka berada di antara sekelompok wartawan yang menonton acara dari atap gedung terdekat.
"Sepanjang liputan, tentara menyinari kami dengan sinar laser, menargetkan kami dengan bom gas dan menembakkan peluru tajam ke arah kami," katanya. "Moamen ingin mengubah posisinya. Dia berdiri dan langsung terkena peluru di area di bawah telinga," katanya.
Sumreen mengenakan jaket bertanda Press ketika diserang. Tentara Israel mengatakan bahwa insiden itu sedang ditinjau.
Berasal dari Jerusalem timur yang dianeksasi Israel dan memegang izin tinggal Israel, Faroukh pernah tinggal di Ramallah selama beberapa tahun. Menurut tentara, dia diduga bertindak sendiri, "Identifikasi dengan organisasi Daesh (ISIS)."
Israel, yang telah menduduki Tepi Barat sejak 1967, secara rutin menghancurkan rumah orang-orang yang dituduh melakukan serangan mematikan terhadap warga Israel. Aktivis hak asasi manusia mengatakan kebijakan tersebut sama dengan hukuman kolektif, karena dapat membuat nonpejuang, termasuk anak-anak, kehilangan tempat tinggal.
Namun Israel mengatakan praktik itu efektif dalam mencegah beberapa warga Palestina melakukan serangan. Ibu Faroukh, Um Aslam, mengatakan kepada AFP bahwa penghancuran itu hanya akan meningkatkan kebencian dan (keinginan) balas dendam mereka. (Z-2)