18 May 2023, 10:15 WIB

Sejak Kudeta, Junta Belanja Senjata ke Tiongkok-Rusia Senilai Rp14,8 Triliun


Cahya Mulyana |

JUNTA militer Myanmar telah mengimpor persenjataan senilai Rp14,8 triliun. Itu dilakukan setelah junta sukses melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah pada Februari 2021.

Informasi itu diungkapkan Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di Myanmar Tom Andrews dalam laporan terbarunya. Terdapat juga catatan dalam laporan tersebut mengenai peran Rusia dan Tiongkok membantu junta untuk menghancurkan oposisi.

Sejak militer merebut kekuasaan dan memenjarakan para pemimpin demokrasi, beberapa penentang pemerintahan militer telah mengangkat senjata. Itu terjadi di beberapa tempat bergabung dengan pemberontak etnis minoritas.

Baca juga: Korban Tewas Topan Mocha di Myanmar Jadi 60 Orang

Junta telah menanggapinya lewat sejumlah serangan udara dan senjata berat, termasuk menargetkan wilayah sipil. "Helikopter Mi-35 buatan Rusia, jet tempur MiG-29 dan pesawat ringan Yak-130, dan jet K-8 Tiongkok, paling sering digunakan untuk melakukan serangan udara yang menghantam sekolah, fasilitas medis, rumah dan situs sipil lainnya," katanya.

Satu serangan junta terhadap sebuah desa di wilayah Sagaing pada 11 April menewaskan sedikitnya 160 orang, dilaporkan termasuk hampir 40 anak. Junta mengklaim mengatakan menargetkan pemberontak dan setelah serangan Sagaing mengatakan setiap pihak yang tewas merupakan pendukung kelompok oposisi.

Baca juga: Digulung Topan Mocha, Ratusan Muslim Rohingya Tewas

"Kabar baiknya adalah kita sekarang tahu siapa yang memasok senjata ini dan yurisdiksi operasinya,” kata Andrews.

Dia juga menyerukan anggota PBB untuk meningkatkan dan menghentikan aliran senjata dengan larangan lengkap atas senjata tersebut. transfer ke militer Myanmar, penegakan larangan yang ada dan sanksi terkoordinasi.

Pakar PBB menggunakan data perdagangan untuk merinci transfer senjata dan barang lainnya, termasuk bahan mentah untuk produksi senjata domestik Myanmar, ke militer sejak kudeta senilai US$406 juta atau sekitar Rp6 triliun dari Rusia dan US$267 juta atau Rp3,9 triliun dari Tiongkok, termasuk dari entitas milik negara di kedua negara.

Entitas milik negara di India juga melakukan transfer dalam volume yang lebih kecil, dan perusahaan di Singapura, India, dan Thailand juga terlibat dalam transfer ke militer. Sekitar US$227 juta atau sekitar Rp.3,3 triliun bahan berasal dari Rosoboronexport, pengekspor senjata milik negara Moskow, yang telah mentransfer jet tempur SU-30, pasokan untuk jet MiG-29 dan sistem peluncuran roket ke Myanmar, kata laporan itu.

Perusahaan Rusia lainnya menyediakan berbagai alat, perlengkapan, dan suku cadang untuk sistem senjata yang dipasok Rusia, katanya. “Persenjataan yang disediakan oleh pemasok Rusia telah digunakan untuk melakukan kemungkinan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Myanmar,” kata laporan itu.

Andrews mengatakan dia telah memberi tahu negara-negara yang disebutkan dalam laporan tentang temuannya sebelum dipublikasikan. (France24/Z-3)

BERITA TERKAIT