ARMENIA dan Azerbaijan saling menyalahkan satu sama lain atas baku tembak di sepanjang perbatasan mereka yang bergejolak. Peristiwa itu menewaskan satu orang dan melukai empat orang lainnya, empat hari menjelang pembicaraan damai yang diprakarsai oleh Uni Eropa.
Kedua negara tetangga Kaukasus ini telah terjebak dalam sengketa teritorial selama beberapa dekade atas wilayah Nagorno-Karabakh di Azerbaijan, yang kembali memanas dalam beberapa bulan terakhir.
Rusia mendesak kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan setelah baku tembak yang fatal, namun pengaruhnya sebagai perantara kekuatan di wilayah tersebut telah berkurang sejak Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina tahun lalu.
Baca juga : Memanas, Lima Tewas dalam Bentrokan di Perbatasan Azerbaijan-Armenia
Armenia awalnya mengatakan bahwa empat tentaranya telah terluka oleh tembakan yang masuk di wilayah timur negara bekas Uni Soviet tersebut.
"Pasukan Azerbaijan menembakkan artileri dan mortir ke arah posisi Armenia di wilayah Sotk," kata kementerian pertahanan Armenia.
Sementara itu, Baku menuduh Armenia melakukan provokasi yang menyebabkan salah satu tentaranya tewas.
Mereka mengatakan bahwa tentara Armenia telah sekali lagi melanggar perjanjian gencatan senjata dengan senjata berkaliber besar, mengacu pada kesepakatan dari November 2020 yang mengakhiri enam minggu permusuhan.
Di Moskow, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis, pihaknya mengharapkan pendekatan yang terkendali dari kedua belah pihak dan mendesak mereka untuk tidak mengambil tindakan apa pun yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan.
Pertempuran hari Kamis terjadi hanya beberapa hari sebelum Presiden Dewan Eropa Charles Michel akan menjadi tuan rumah bagi Presiden Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev untuk mengadakan pembicaraan di Brussels.
Kedua pemimpin tersebut juga telah sepakat untuk bersama-sama bertemu dengan para pemimpin Perancis dan Jerman di sela-sela KTT Eropa di Moldova pada tanggal 1 Juni, menurut Uni Eropa.
Pashinyan pada hari Kamis menuduh Azerbaijan berusaha untuk merusak pembicaraan di Brussels.
"Saya tidak berubah pikiran untuk pergi ke Brussels," katanya dalam pernyataannya tetapi ada sedikit peluang untuk menandatangani kesepakatan damai dengan Azerbaijan pada pertemuan tersebut.
"Sebuah rancangan perjanjian masih dalam tahap yang sangat awal dan masih terlalu dini untuk membicarakan penandatanganan," kata Pashinyan.
Pertemuan yang diselenggarakan oleh Uni Eropa ini terjadi setelah pembicaraan di Amerika Serikat pada awal Mei. Setelah pertemuan tersebut, diplomat tinggi AS Antony Blinken berbicara tentang kemajuan nyata dalam perjanjian perdamaian yang tahan lama antara kedua belah pihak.
Namun, Baku dan Yerevan mengeluarkan pernyataan yang hampir mirip setelah pembicaraan, mencatat kemajuan tetapi mengakui bahwa mereka berbeda pendapat tentang isu-isu utama. (AFP/Z-4)