SEKITAR 258 juta orang di seluruh dunia membutuhkan bantuan pangan pada tahun 2022 karena konflik, guncangan ekonomi dan bencana iklim. Demikian laporan PBB pada Rabu (3/5).
Angka tersebut meningkat tajam jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 193 juta orang.
“Lebih dari seperempat miliar orang sekarang menghadapi tingkat kelaparan akut, dan beberapa berada di ambang kelaparan. Itu tidak masuk akal,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Baca juga: PBB Minta Bantuan Internasional untuk Somalia yang Terancam Kelaparan
Kondisi itu, kata dia, adalah hukuman yang menyakitkan atas kegagalan umat manusia untuk membuat kemajuan, mengakhiri kelaparan, dan mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik untuk semua.
Rawan Pangan Terjadi di Negara yang Dilanda Konflik
Pada 2022, sekitar 258 juta orang menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi di 58 negara atau wilayah, naik dari 193 juta di 53 negara pada tahun sebelumnya.
Lebih dari 40% dari mereka tinggal di negara-negara yang dilanda konflik Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Afghanistan, Nigeria, dan Yaman, katanya.
Angka keseluruhan orang yang sangat membutuhkan bantuan pangan ini kini telah meningkat selama empat tahun berturut-turut.
Baca juga: 339 Juta Orang Kelaparan pada 2023, PBB: Butuh US$51,5 Miliar untuk Bantuan
Laporan tersebut mengkategorikan mereka dalam situasi krisis, darurat hingga malapetaka.
Dalam kategori terakhir ini, 376 ribu orang berada di ambang kelaparan tahun lalu. Lebih dari setengahnya tinggal di Somalia, sebuah negara yang mengalami kekeringan dahsyat terkait dengan perubahan iklim.
Sekelompok ilmuwan iklim internasional, World Weather Attribution (WWA), mengatakan bulan lalu bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah membuat kekeringan di Afrika. Sebanyak 35 juta anak di 58 negara mengalami kekurangan gizi.
"Tapi pendanaan kemanusiaan untuk memerangi kelaparan dan kekurangan gizi tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang dibutuhkan", kata Guterres.
Baca juga: PBB: Angka Kelaparan Global pada 2021 Naik Jadi 828 Juta Orang
Konflik dan Cuaca Ekstrem Picu Kelaparan
Krisis pangan tahun lalu disebabkan oleh konflik dan ketidakamanan, guncangan ekonomi dan cuaca ekstrem, kata laporan itu.
"Pada 2022, pendorong utama ini dikaitkan dengan dampak sosial ekonomi covid-19 yang berkepanjangan, efek lanjutan dari perang di Ukraina dan kekeringan berulang serta cuaca ekstrem lainnya."
Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu berdampak karena kontribusi besar yang diberikan Ukraina dan Rusia untuk produksi dan perdagangan bahan bakar, pupuk dan komoditas makanan penting seperti gandum, jagung dan minyak bunga matahari.
Baca juga: PBB: Yaman Alami Kelaparan
Pada Juli tahun lalu, PBB dan Turki menjadi perantara kesepakatan penting untuk memudahkan ekspor biji-bijian Ukraina setelah diblokir oleh invasi Rusia. Tetapi meskipun harga pangan global telah turun pada akhir 2022, harganya tetap lebih mahal dari sebelumnya.
Satu Orang Meninggal Per 36 Detik
Pejabat PBB dan organisasi non-pemerintah memperingatkan bulan lalu bahwa kematian akibat kelaparan meningkat di Afrika karena kekeringan yang diperparah oleh perubahan iklim dan konflik.
Satu orang meninggal karena kelaparan rata-rata setiap 36 detik di Ethiopia, Kenya, dan Somalia, kata organisasi anak-anak PBB UNICEF dan LSM Care dan Oxfam. (CNA/Cah/S-4)