24 March 2023, 14:35 WIB

Kejar Cuan, Bolivia Seriusi Bisnis Litium bersama Amerika Latin


Zubaedah Hanum |

PRESIDEN Bolivia Luis Arce menyatakan keinginannya merancang kebijakan sumber daya litium bersama negara-negara Amerika Latin lainnya, demi menguntungkan perekonomian negara masing-masing. Hal itu sebagaimana yang sempat diusulkan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador.

Bolivia memiliki kira-kira 21 juta ton potensi sumber daya litium yang belum terjamah di area dataran garam luas yang membentuk apa yang disebut "segitiga litium", yang turut mencakup daerah utara Cile dan Argentina.

Potensi yang dimiliki Bolivia tersebut merupakan yang terbesar di dunia. "Kita harus bersatu di pasar ini, dengan cara berdaulat, dan dengan harga yang akan menguntungkan perekonomian kita. Salah satu caranya, sebagaimana yang diusulkan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, adalah untuk (merancang) sejenis OPEC untuk litium," kata Arce dalam pidatonya di La Paz pada Kamis (23/3).

Baca juga : Negara Penghasil Kobalt Terbanyak

Ia menjelaskan, tujuan hal tersebut adalah untuk memosisikan Bolivia, Cile, Argentina, dan Peru sebagai promotor potensial atas bentuk baru penyimpanan energi yang punya kemungkinan menggantikan penggunaan bahan bakar fosil.

Permintaan litium, yang digunakan sebagai bahan baterai isi ulang untuk mobil dan perangkat elektronik, menyebabkan kenaikan harga besi litium kualitas tinggi hingga mencapai 85 ribu dolar AS (Rp1,29 miliar) per ton pada akhir tahun lalu.

Baca juga : Luhut Akui Indonesia Sulit Menjadi Raja Baterai Kendaraan Listrik

Arce menyatakan kekhawatirannya atas campur tangan asing dalam bisnis litium, terutama oleh Amerika Serikat.

"Kita tidak ingin litium kita ada di dalam garis bidik Komando Selatan AS, dan kita juga tidak ingin hal tersebut menjadi sebab munculnya (upaya) destabilisasi pemerintahan yang terpilih secara demokratis ataupun gangguan dari negara asing," tegas Arce.

Cengkraman Tiongkok

Pada 8 Maret lalu, Panglima Komando Selatan Amerika Serikat Jenderal Laura Richardson menyatakan bahwa Tiongkok telah mengeksploitasi sumber daya di Amerika Latin, dan tindakan mereka dapat menghambat investasi swasta.

"Mereka tidak berinvestasi, namun mereka mengekstrak (sumber daya). Permainan darat mereka demi litium sangat maju dan sangat agresif," kata Richardson dalam sebuah rapat dengar pendapat di Kongres AS.

Produsen litium terbesar di dunia adalah perusahaan AS, Albermarle, yang beroperasi di Cile utara. Firma AS lainnya, seperti Livent Corp, juga akan menyuplai litium dari Argentina untuk perusahaan otomotif BMW.

Sementara itu, sekitar 24% kepemilikan perusahaan Chile SQM, produsen litium terbesar kedua dunia, dipegang oleh perusahaan Tiongkok, Tianqi Lithium Corp pada akhir 2021.

Selain itu, raksasa baterai Tiongkok, CATL dan Ganfeng Lithium juga tengah memperkokoh posisi mereka di Amerika Latin. (Reuters/Ant/Z-4)

BERITA TERKAIT