PARA pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menduduki sejumlah fasilitas penting termasuk Mahkamah Agung (MA), Istana presiden dan bandara. Mereka tidak menerima kekalahan Bolsonaro dari Luiz Inacio Lula da Silva.
Ribuan pendukung Bolsonaro menghancurkan jendela dan furnitur gedung Kongres Nasional dan MA pada Minggu (8/1).
Mereka naik ke atap gedung Kongres dan membentangkan spanduk bertuliskan 'intervensi'.
Gambar di saluran TV Globo News juga menunjukkan pengunjuk rasa berkeliaran di istana presiden. Aparat keamanan menggunakan gas air mata untuk mengusir para demonstran.
Media lokal memperkirakan sekitar tiga ribu orang terlibat dalam insiden tersebut. Demonstrasi ini terjadi seminggu setelah pelantikan saingan Luiz Inacio Lula da Silva atau Lula.
Baca juga: Pendukung Bolsonaro Serbu Gedung Kongres dan Istana Presiden
Lula mengumumkan intervensi keamanan federal di Brasilia yang akan tetap berlaku hingga akhir bulan. Dia menyalahkan Bolsonaro dan mengeluh tentang kurangnya pengamanan.
“Para pengacau ini, yang bisa kita sebut Nazi fanatik, Stalinis fanatik, fasis fanatik, melakukan apa yang belum pernah dilakukan dalam sejarah negara ini. Semua orang yang melakukan ini akan ditemukan dan mereka akan dihukum," kata Lula.
Pendukung Bolsonaro telah memprotes kemenangan pemilihan Lula sejak pemungutan suara 30 Oktober, memblokade jalan, membakar kendaraan, dan berkumpul di luar gedung militer.
Joe Biden lontaran kecaman
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menggambarkan situasi di Brasil sebagai kekacauan parah. Dia akan terus bekerja sama dengan Lula.
“Saya mengutuk serangan terhadap demokrasi dan transfer kekuasaan secara damai di Brasil. Institusi demokrasi Brasil mendapat dukungan penuh kami dan keinginan rakyat Brasil tidak boleh diremehkan,” kata Biden.
Profesor hukum Brasil Diego Amparo mengatakan Bolsonaro mirip Donald Trump menimbulkan ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga pemerintah.
“Jenis retorika yang terlihat tidak hanya dalam siklus pemilihan, tetapi di seluruh kepresidenan Bolsonaro,” katanya.(Aljazeera/Cah/OL-09)