PRESIDEN Rusia Vladimir Putin mengajak semua negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat (AS) membangun kesepakatan damai di Ukraina.
Pertarungan antara Rusia dan sekutu Ukraina yang sudah berlangsung 10 bulan hanya dapat diakhiri di meja perundingan.
"Kami siap untuk bernegosiasi dengan semua orang yang terlibat tentang solusi yang dapat diterima," ujarnya.
Rusia, kata dia, membuka pintu bagi Ukraina dan negara-negara sekutunya untuk mengakhiri konflik yang dimulai sejak 24 Februari itu. Namun Moskow tidak dapat memaksakan perdamaian tanpa persetujuan Ukraina.
"Tapi itu terserah mereka, bukan kami yang menolak untuk bernegosiasi, tapi mereka," tegasnya.
Baca juga: Zelensky Kecam Teror Rusia setelah Kota Kherson Dibombardir
Putin menambahkan konflik di Ukraina muncul karena ancaman negara-negara Barat dan AS terhadap Rusia. Tanpa ancaman tersebut Moskow enggan menabur benih-benih kehancuran di Ukraina.
Dia menilai AS dan sekutunya menginginkan Rusia hancur dan tercerai-berai.
"Ukraina dan Rusia adalah satu bangsa. Namun mereka (Barat) selalu berusaha untuk membagi dan menaklukkannya. Tujuan kami adalah sesuatu yang lain untuk menyatukan rakyat Rusia,” katanya.
Putin menilai konflik di Ukraina tidak akan menimbulkan gejolak yang memantik perang dunia III. Stabilitas keamanan dunia masih berjalan normal sehingga tidak perlu mengkhawatirkan.
“Konflik geopolitik dengan Barat mendekati tidak berada pada tingkat yang berbahaya," pungkasnya.
Putin memerintahkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, dengan tujuan untuk menggulingkan rezim neo-nazi di Ukraina.
Hal tersebut memicu konflik di Eropa paling mematikan sejak perang dunia II dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak 1962 Krisis Rudal Kuba.
Namun Putin menilai konflik di Ukraina saat ini karena Barat yang memulai konflik pada 2014 dengan menggulingkan presiden Ukraina yang pro-Moskow dalam protes Revolusi Maidan.
Segera setelah itu, Rusia menganeksasi Krimea, dan pasukan separatis yang didukung Rusia mulai bertempur di timur Ukraina.
Putin menggambarkan Rusia sebagai negara unik dan mengatakan sebagian besar rakyatnya bersatu dalam keinginan untuk mempertahankannya. Sebanyak 99,9% warga Rusia siap memberikan segalanya untuk kepentingan negaranya
"Tidak ada yang aneh bagi saya di sini. Ini sekali lagi meyakinkan saya bahwa Rusia adalah negara yang unik dan kami memiliki orang-orang yang luar biasa. Ini telah dikonfirmasi sepanjang sejarah keberadaan Rusia," paparnya.
Namun uluran tangan Rusia yang mengajak AS dan negara-negara Barat ke meja perundingan dikesampingkan. Salah satunya oleh Washington yang mengklaim sikap Putin itu tidak tulus karena serangan yang sedang berlangsung di Ukraina.
Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan Putin perlu kembali ke kenyataan dan mengakui bahwa Rusia tidak menginginkan pembicaraan.
"Rusia sendirian menyerang Ukraina dan membunuh warganya. Rusia tidak menginginkan negosiasi, tetapi berusaha menghindari tanggung jawab,” paparnya.
Tiga rudal menghantam kota Kramatorsk di wilayah Donetsk yang diduduki sebagian pada sore hari, pejabat setempat melaporkan kemudian. Rudal menghantam kawasan industri kota, dan tidak ada korban jiwa, menurut Gubernur Donetsk Ukraina, Pavlo Kyrylenko.
Komando militer utama Ukraina juga melaporkan 10 serangan Rusia di distrik Kupiansk di wilayah Kharkiv.
Pasukan Moskow menembaki lebih dari 25 kota di sepanjang garis depan Kupiansk-Lyman dan menghantam hampir 20 kota lainnya di wilayah Zaporizhia.
Sehari sebelumnya, serangan Rusia di kota selatan Kherson, yang direbut kembali oleh pasukan Ukraina bulan lalu dan menewaskan dan melukai puluhan orang.
"Pasukan Rusia menembaki daerah-daerah yang dikuasai Ukraina di wilayah Kherson yang diduduki sebagian sebanyak 71 kali selama 24 jam terakhir, termasuk 41 serangan di kota Kherson," kata Gubernur Kherson Yaroslav Yanushevich.
Sementara itu, serangan tanpa henti Rusia terhadap fasilitas pembangkit listrik sejak Oktober telah menyebabkan jutaan orang Ukraina tanpa pemanas dan air. Kremlin mengatakan akan berjuang sampai semua tujuan teritorialnya tercapai.
Sementara Ukraina mengatakan tidak akan berhenti sampai setiap tentara Rusia dikeluarkan dari negara itu. (Aljazeera/Cah/OL-09)