OTORITAS Iran meningkatkan penangkapan terhadap para aktivis dan jurnalis dalam tindakan keras terhadap masyarakat sipil ketika protes antirezim mengamuk di seluruh negeri.
Sedikitnya 20 wartawan telah dipenjara sejak protes meletus awal bulan ini atas kematian Mahsa Amini, 22, yang telah ditangkap oleh polisi moral negara yang terkenal kejam, menurut Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ) yang berbasis di Washington.
Sejumlah aktivis dan pengacara juga telah ditahan, termasuk aktivis terkemuka kebebasan berbicara Hossein Ronaghi yang ditangkap akhir pekan lalu.
Penangkapan itu dilakukan di atas pembatasan internet yang ketat dan pemblokiran situs-situs termasuk Instagram dan WhatsApp, yang menurut para aktivis bertujuan untuk mencegah rincian protes mencapai dunia luar.
"Dengan menargetkan wartawan di tengah banyak kekerasan setelah membatasi akses ke WhatsApp dan Instagram, pihak berwenang Iran mengirimkan pesan yang jelas bahwa tidak boleh ada liputan protes," berdasarkan laporan Reporters Without Borders dalam sebuah pernyataan.
Ronaghi, yang sangat kritis terhadap kepemimpinan Islam Iran, mengatakan dalam sebuah video yang diunggah pada akhir pekan bahwa dia awalnya menghindari penangkapan dengan melarikan diri dari flatnya ketika agen datang untuknya.
Namun dia kemudian ditahan pada Sabtu (24/9) ketika dia pergi ke penjara Evin Teheran untuk menemui jaksa dan juga dipukuli oleh agen keamanan, saudaranya Hassan menulis di Twitter.
Ibunya mengatakan kepada Manoto TV dalam sebuah wawancara bahwa kaki Hossein Ronaghi patah.
Laporan mengatakan bahwa pengacaranya, yang menemaninya ke Evin, telah ditahan. Dua pengacara lain juga telah ditangkap, tulis pengacara Saeid Dehghan di Twitter.
"Ini berarti membela pengunjuk rasa dilarang!" katanya.
Baca juga: Jepang Kecam Rusia atas Penahanan Diplomatnya
Pasukan keamanan pada Senin (26/9) menggerebek rumah aktivis dan penulis Golrokh Iraee dan menangkapnya, menurut sebuah pesan di akun Twitter-nya.
Iraee, yang terkenal karena berkampanye menentang hukuman rajam di Iran, telah menghabiskan sebagian besar dekade terakhir di balik jeruji besi.
Dan aktivis Majid Tavakoli, yang telah berulang kali dipenjara di Iran dalam beberapa tahun terakhir termasuk setelah pemilihan umum 2009, tetap di penjara setelah penangkapannya pada dini hari Jumat (23/9).
Aktivis mengatakan dua mahasiswa berusia awal 20-an yang juga memulai karier sebagai penulis --Banafsheh Kamali dan Maedeh Jamal-- juga telah ditangkap.
Video yang di-posting di media sosial diklaim menunjukkan saat Jamal ditangkap, dengan suara perempuan terdengar berteriak minta tolong.
Di antara 20 jurnalis yang ditahan, menurut CPJ, adalah jurnalis foto Yalda Moaiery, yang memenangi pengakuan internasional untuk foto ikonik protes pada 2019, dan reporter Nilufar Hamedi --yang mengungkap kasus Amini dengan pergi ke rumah sakit tempat dia dirawat.
Suami Hamedi menulis di Twitter bahwa Hamedi telah mengatakan dalam telepon dari penjara bahwa dia berada di sel isolasi, dan tidak mengetahui tuduhan terhadapnya.
Moaiery ditahan di penjara wanita Qarchak yang terkenal di luar Teheran, dari mana dia mengatakan kepada situs berita Iran Wire bahwa 'kita tidak aman di sini' dan 'situasinya sangat buruk'.
Pihak berwenang juga menangkap lima anggota terkemuka dari minoritas agama Bahai di berbagai kota di seluruh negeri, kata Diane Alai, perwakilan dari Komunitas Internasional Bahai untuk PBB di Jenewa.
Bahai --minoritas agama nonmuslim terbesar di Iran tetapi tidak diakui di Republik Islam-- telah mengalami tindakan keras bahkan sebelum protes dimulai, dengan tokoh-tokoh senior ditangkap dan rumah-rumah dihancurkan.
Aktivis menuduh pihak berwenang Iran berada dalam pergolakan tindakan keras bahkan sebelum protes dimulai. Dua pembuat film paling terkenal di negara itu Jafar Panahi dan Mohammad Rasoulof termasuk di antara mereka yang ditangkap. (AFP/OL-16)