30 August 2022, 11:03 WIB

Kerusuhan di Irak Menewaskan 15 Orang 


Cahya Mulyana |

KERUSUHAN melanda Irak setelah ulama Syiah, Moqtada Sadr, memutuskan berhenti dari politik.

Para pendukungnya menentang keputusan tersebut dengan menyerbu Istana Republik Irak pada Senin (29/8) dan menyebabkan 15 orang tewas.

Seluruh korban tewas di tangan militer saat demonstrasi tersebut berubah menjadi kerusuhan di dalam Zona Hijau Baghdad.

Militer mengumumkan jam malam di seluruh Baghdad sejak pukul 15.30 waktu setempat.

"Jam malam penuh di ibu kota Baghdad mempengaruhi semua kendaraan dan warga," kata pernyataan Komando Operasi Gabungan Irak.

Sumber-sumber medis mengatakan setidaknya 15 pendukung Sadr ditembak mati di Zona Hijau Baghdad.

Sekitar 350 pengunjuk rasa terluka, beberapa terkena peluru dan lainnya karena menghirup gas air mata.

Baca juga: Sadr Minta Pendemo Duduki Parlemen Hingga Pemilu Ulang

Sadr berhenti setelah kebuntuan politik selama hampir setahun. Kebuntuan itu membuat Irak terjerumus dalam kekacauan tanpa pemerintahan baru.

"Saya telah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam urusan politik. Oleh karena itu saya mengumumkan sekarang pensiun definitif saya," kata Sadr.

Setelahnya, ia menutup semua institusi yang terkait dengan gerakan Sadris miliknya. Kecuali makam ayahnya, yang dibunuh pada 1999 dan fasilitas warisan lainnya.

Sadr adalah seorang pemain lama di kancah politik Irak. Namun ia memang tidak pernah memegang jabatan pemerintah.

Sejak pemilihan legislatif pada Oktober tahun lalu, kebuntuan politik telah meninggalkan negara itu tanpa pemerintahan baru.

Ketidaksepakatan antara faksi-faksi mengenai pembentukan koalisi membuat kosong perdana menteri atau presiden.

Blok Sadr muncul dari pemilihan tahun lalu sebagai yang terbesar, dengan 73 kursi. Tetapi bukan mayoritas. (AFP/Cah/OL-09)

BERITA TERKAIT