DUA minggu lalu, telah terjadi konflik di wilayah Taiwan yang nyaris menimbulkan perang akibat kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan. Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menilai hal tersebut menyebabkan ketegangan global meningkat.
“Ketegangannya meningkat karena ada kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Pelosi ke Taiwan. Di sini kita bisa membaca apa yang disebut sebagai Core Interest atau Vital Interest, kepentingan inti, kepentingan vital dari kedua Negara,” kata Andi Widjajanto saat menjadi pembicara The 6th Jakarta Geopolitical Forum “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” di Grand Studio Metro TV, Rabu (24/8).
Saat ini, dampak kepentingan vital bagi Tiongkok adalah tidak ada yang memprovokasi untuk mengubah status quo Taiwan. Kemudian, Amerika Serikat juga mementingkan unifikasi Tiongkok-Taiwan berjalan sesuai dengan fase-fase natural tanpa paksaan tekanan politik militer, sekaligus untuk mendapatkan kebebasan navigasi atau freedom of navigation.
Menurut Gubernur Andi, ketika kunjungan itu terjadi, lalu Tiongkok melakukan latihan militer di sekitar wilayah Taiwan, maka terdapat gangguan pada dua kepentingan tersebut.
“Pertama, tentang Taiwan yang status quo tiba-tiba ada tekanan-tekanan politik militernya, ada provokasi-provokasi politik militernya, nah, pada saat latihan militer itu dilakukan, kebebasan navigasi juga terganggu,” ungkapnya.
Baca juga: AS Tuding Tiongkok Tanggapi Berlebihan Kunjungan Pelosi ke Taiwan
Hal tersebut membuat kapal-kapal dari Jepang dan Korea Selatan tidak bisa melewati median line antara Tiongkok dan Taiwan, sehingga harus memutar ke sebelah timur Taiwan. Ini yang menyebabkan terganggunya pasokan dan rantai distribusi global.
“Rantai distribusi tiba-tiba bertambah panjang sekian puluh nautical mile karena adanya latihan-latihan militer tersebut. Menambah panjang sekian puluh nautical mile dalam waktu dua minggu. Nah itu sangat berpengaruh dengan naiknya harga logistik yang sudah tinggi,” tukasnya.
Kejadian tersebut menjadi sangat dekat dengan kepentingan ekonomi Indonesia, terutama dalam hal menjaga inflasi dan mempertahankan daya beli masyarakat yang sangat bergantung pada sejumlah komoditas pangan dan energi global.
Sependapat dengan Gubernur Andi, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies dari Singapura Dr. Collin Koh Swee Lean menyebutkan banyak orang menilai kejadian tersebut merupakan krisis selat Taiwan keempat dengan skala yang belum pernah terjadi, jika dibandingkan konflik tahun 90-an.
“Saya melihat konflik ini membawa daerah tersebut menuju konflik skala global di Taiwan Strait,” kata Dr. Collin Koh.(RO/OL-5)