MATA uang euro kembali jatuh ke level terendah sejak dua dekade karena dolar AS bangkit. Mata uang tersebut kembali turun sebanyak 1,1% menjadi US$0,9928 pada Senin, (22/8). Ini di bawah level terendah sebelumnya di 0,9952 yang dicapai pada Juli lalu.
Morgan Stanley memperkirakan euro akan meluncur ke US$0,97 kuartal ini, level yang tidak terlihat sejak awal 2000-an. Nomura International Plc pun menargetkan euro berada di level $0,975 pada akhir September tahun ini. Penurunan euro tersebut disebabkan tekanan pada pasokan energi yang meningkatkan jumlah impor.
Akhir musim panas ini nilai mata uang euro kembali di bawah tekanan, sebagian karena dolar dalam penawaran beli yang tinggi, tulis ahli strategi valuta asing Societe Generale SA Kit Juckes dalam sebuah catatan kepada klien.
Pasar akan waspada untuk kejelasan lebih lanjut atas tanggapan Bank Sentral Eropa atau ECB soal risiko resesi dan melonjaknya harga komoditas unggulan.
Euro kemungkinan akan sangat rentan terhadap revisi ekspektasi Fed yang mendasarinya, karena ECB telah mengambil posisi dovish (menunda melakukan kenaikan suku bunga atau melonggarkan kebijakan moneter) di antara bank sentral Group of Ten atau G-10 setelah Bank of Japan, menurut ahli strategi Commerzbank AG Ulrich Leuchtmann.
Dia melihat pasangan euro-dolar akan menyentuh US$0,98 pada akhir tahun, tulisnya dalam sebuah catatan. (OL-8)