07 August 2022, 09:52 WIB

AS Galang Dukungan Ke Afrika untuk Tekan Rusia


Cahya Mulyana |

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken mengunjungi Afrika pada Minggu (7/1). Lawatan di Kongo dan Rwanda ini bertujuan untuk menekan Rusia.

"AS mengembangkan strategi untuk melawan upaya Rusia untuk merusak demokrasi di Afrika", menurut Direktur Democracy Works, William Gumede.

Menurut dia lembaganya yang konsen di bidang politik yang berbasis di Prancis. Rusia, Prancis, dan AS itu menciun perang dingin di benua Afrika. "Sepertinya Perang Dingin baru sedang berlangsung di Afrika," katanya.

AS mengirim sejumlah pejabat tingginya untuk melakukan lawatan ke seluruh belahan dunia. Blinken menyusul tur Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Asia.

Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengunjungi Mesir, Uganda, Ethiopia dan Republik Kongo untuk menggalang dukungan bagi Rusia di tengah perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga yang mengunjungi Kamerun, Benin dan Guinea- Bissau dengan tujuan memperbaharui hubungan Perancis dengan benua Afrika. Kepala Badan Pembangunan Internasional AS Samantha Power dan duta besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield juga memulai tur di Afrika.

Perjalanan itu adalah yang kedua bagi Blinken ke Afrika sejak diangkat menjadi menteri luar negeri. Kunjungan pertamanya pada November 2021 bertujuan untuk "mengatur ulang hubungan AS-Afrika setelah kepresidenan Donald Trump, menunjukkan komitmen AS terhadap demokrasi dan menunjukkan bahwa AS peduli dengan hubungannya dengan negara-negara Afrika", menurut Douglas Yates, seorang ilmuwan politik khusus dalam politik Afrika yang mengajar di American Graduate School di Paris.

Blinken mengunjungi Kenya, Senegal dan Nigeria selama tur politik pada 2021. Tiga negara itu memenuhi persyaratan minimum untuk demokrasi dan semuanya telah keluar dari kekuasaan militer.

Sejak masa jabatan presiden Trump, AS menarik diri dari sejumlah inisiatif penting bagi Afrika Selatan. "Termasuk Perjanjian Iklim Paris dan Dana Iklim Hijau, Afrika Selatan telah melihat AS sebagai mitra yang tidak dapat diandalkan", kata Yates.

Dengan demikian, AS, mitra dagang terbesar kedua Afrika Selatan pada 2021, "berusaha mengembalikan Afrika Selatan", katanya.

Menurut Yates, tujuan perjalanan kedua Blinken ke Afrika untuk mengembangkan strategi dam melawan upaya Rusia untuk merusak demokrasi di benua itu. Blinken telah diberi otorisasi untuk misi semacam itu oleh H.R. 7311, Undang-Undang Melawan Aktivitas Rusia Memfitnah di Afrika, yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat AS pada 27 April 2022.

Rusia memiliki Grup Wagner, sebuah kelompok tentara bayaran dengan hubungan nyata ke Moskow yang hadir di banyak negara termasuk Republik Afrika Tengah, Sudan dan Mali. Kelompok itu telah diberi sanksi oleh UE karena memicu kekerasan, menjarah sumber daya alam, dan mengintimidasi warga sipil.

Soft power Rusia menggunakan media sosial untuk menyebarkan propaganda anti-Barat dan anti-demokrasi. Blinken berhati-hati memilih tiga negara yang akan dia kunjungi, "karena, kecuali Afrika Selatan, mereka (Kongo dan Rwanda) tidak dianggap sebagai model demokrasi dan AS ingin memastikan negara-negara ini berada di pihak mereka, karena mereka memiliki kapasitas militer untuk melawan Rusia," paparnya.

Afrika Selatan, seperti 16 negara Afrika lainnya, abstain dari pemungutan suara pada resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, sementara Kongo dan Rwanda memilihnya. Selanjutnya, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menolak untuk mengutuk invasi Rusia.

Afrika Selatan adalah bagian dari grup BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, negara-negara yang dipandang sebagai ekonomi pasar berkembang terkemuka di dunia. Sementara invasi Rusia 24 Februari menghasilkan kecaman luas dari negara-negara G7 dan sekutu mereka, satu-satunya negara BRICS yang mendukung resolusi PBB adalah Brasil, dengan Afrika Selatan, Cina, dan India abstain.

Menteri Hubungan Internasional Afrika Selatan Naledi Pandor, yang dijadwalkan bertemu dengan Blinken pada hari Senin, mengatakan bahwa RUU H.R. 7311 "dimaksudkan untuk menghukum negara-negara di Afrika yang tidak menghentikan perang Rusia-Ukraina" dalam sebuah opini. untuk The Daily Maverick, sebuah surat kabar Afrika Selatan. (France24/OL-12)

BERITA TERKAIT