CENDEKIAWAN muslim populis Irak Muqtada al-Sadr tmendesak para pendukungnya untuk melanjutkan aksi menduduki parlemen nasional di Baghdad sampai tuntutannya, yang meliputi pembubaran parlemen dan pemilihan awal, dipenuhi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh pemimpin muslim Syiah itu dalam pidato yang disiarkan televisi dari Najaf, Rabu (3/8).
Pernyataan itu memperpanjang kebuntuan politik yang telah membuat Irak tanpa pemerintahan terpilih selama hampir 10 bulan. Ribuan pengikut Sadr menyerbu parlemen di Baghdad berikut sejumlah gedung pemerintah dan kantor perwakilan negara asing.
Pendukung Al-Sadr telah mendirikan sebuah perkemahan dengan tenda dan warung makan di sekitar parlemen. Langkah tersebut merupakan tanggapan terhadap intervensi negara tetangga Irak.
Sadr memenangkan jumlah kursi terbesar di parlemen dalam pemilihan Oktober 2021 tetapi gagal membentuk pemerintahan. Dia menarik anggota parlemennya dari parlemen dan sebaliknya menerapkan tekanan melalui protes.
Sadr menegaskan kembali dalam pidatonya bahwa dia siap berjuang hingga akhir untuk tujuannya.
“Bubarkan parlemen dan adakan pemilihan ulang,” kata Sadr.
Tidak Ingin Dialog
Sadr, yang pernah memimpin milisi anti Amerika Serikat (AS) dan memiliki jutaan pengikut setia, mencatat dalam pidatonya bahwa dia juga tidak tertarik untuk bernegosiasi dengan rival politiknya.
“Jangan percaya rumor bahwa saya tidak ingin dialog. Tapi kami sudah mencoba dan mengalami dialog dengan mereka. Itu tidak membawa apa-apa bagi kami dan bangsa – hanya kehancuran dan korupsi," paparnya.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah menyerukan dialog nasional dalam upaya untuk menyatukan semua pihak. Seruan serupa digelorakan Presiden Irak Barham Saleh.(Aljazeera/OL-5)