RIBUAN pendukung ulama kuat Irak, Moqtada Sadr, melakukan protes pada Sabtu (30/7) dalam unjuk kekuatan baru setelah tiga hari menyerbu parlemen di negara yang terperosok dalam krisis. Mengacungkan bendera Irak dan potret Sadr, para pengunjuk rasa berkumpul di ujung jembatan menuju distrik Zona Hijau Baghdad yang terdiri dari gedung-gedung pemerintah dan kedutaan asing.
"Semua orang bersamamu Sayyid Moqtada," teriak para pengunjuk rasa, menggunakan gelarnya sebagai keturunan Nabi. Beberapa dari mereka naik ke penghalang beton.
Blok Sadr muncul dari pemilihan pada Oktober sebagai faksi parlemen terbesar, tetapi masih jauh dari mayoritas. Sekitar 10 bulan kemudian kebuntuan tetap ada selama pembentukan pemerintahan baru.
Pendukung ulama Syiah itu menentang pencalonan Mohammed al-Sudani yang baru-baru ini diumumkan, mantan menteri dan mantan gubernur provinsi, yang merupakan pilihan Kerangka Koordinasi pro-Iran sebagai perdana menteri. Protes itu tantangan terbaru bagi Irak yang kaya minyak tetapi terperosok dalam krisis politik dan sosial ekonomi meskipun harga minyak mentah global meningkat.
Kerumunan pendukung Sadr pada Rabu menerobos Zona Hijau meskipun ada tembakan gas air mata dari polisi. Mereka menduduki gedung parlemen, bernyanyi, menari, dan selfie sebelum pergi dua jam kemudian, tetapi hanya setelah Sadr menyuruh mereka pergi.
Pada Sabtu, pasukan keamanan menutup jalan di ibu kota menuju Zona Hijau dengan balok beton besar. "Kami di sini untuk revolusi," kata pengunjuk rasa Haydar al-Lami.
"Kami tidak ingin koruptor. Kami tidak ingin mereka yang berkuasa kembali. Sejak 2003 mereka hanya merugikan kami."
Secara konvensi, jabatan perdana menteri jatuh ke tangan seorang pemimpin dari mayoritas Syiah Irak. Sadr, mantan pemimpin milisi, awalnya mendukung gagasan pemerintahan mayoritas. Itu akan mengirim lawannya dari Kerangka Koordinasi pro-Iran ke oposisi.
Kerangka Koordinasi menarik anggota parlemen dari partai mantan perdana menteri Nuri al-Maliki dan Aliansi Fatah pro-Iran, cabang politik dari kelompok paramiliter bekas pimpinan Syiah Hashed al-Shaabi. Namun bulan lalu 73 anggota parlemen Sadr mundur dalam langkah yang dilihat sebagai upaya menekan para pesaingnya untuk mempercepat pembentukan pemerintahan.
Enam puluh empat anggota parlemen baru dilantik pada Juni. Ini menjadikan blok pro-Iran sebagai yang terbesar di parlemen. (AFP/OL-14)