PRESIDEN Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa terjebak di negaranya sendiri. Dia tidak bisa melintasi imigrasi di bandara Kolombo untuk melarikan diri ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Pria berusia 73 tahun itu hendak kabur dari tuntutan mundur rakyatnya yang mencuat sejak tiga bulan lalu. Puluhan ribu pengunjuk rasa menyerbu kediamannya pada Sabtu (9/7).
Sebagai Presiden, Rajapaksa menikmati kekebalan dari penangkapan, dan dia diyakini berniat pergi ke luar negeri sebelum mengundurkan diri untuk menghindari tuntutan hukum.
Tetapi petugas imigrasi Sri Lanka menolak memberikan cap pada paspornya di ruang VIP. Rajapaksa bersikeras melalui fasilitas umum karena takut menjadi korban tindakan kekerasan dari pengguna bandara.
Rajapaksa dan istrinya pun menghabiskan malam di pangkalan militer di sebelah bandara dan melewatkan empat penerbangan ke Uni Emirat Arab.
Adik bungsu Rajapaksa, Basil, yang mengundurkan diri pada April sebagai Menteri Keuangan mengalami nasib serupa saat hendak pergi ke Dubai.
Basil mencoba menggunakan layanan bisnis, tetapi staf bandara dan imigrasi tidak melayaninya.
"Ada beberapa penumpang lain yang memprotes Basil yang naik ke pesawat mereka," kata seorang pejabat bandara kepada AFP.
"Itu adalah situasi yang tegang, jadi dia buru-buru meninggalkan bandara," imbuhnya.
Baca juga: Presiden Sri Lanka Kabur, Demonstran Tetap Duduki Istana
Basil, pemilik kewarganegaraan ganda Sri Lanka dan Amerika Serikat harus mendapatkan paspor baru. Paspor lamanya tertinggal di istana presiden saat Rajapaksa dikepung massa.
Sumber resmi mengatakan sebuah koper penuh dokumen juga ditinggalkan di gedung megah itu bersama dengan uang tunai 17,85 juta rupee. Tidak ada kabar resmi dari kantor presiden tentang keberadaan Rajapaksa, tetapi dia tetap menjadi panglima angkatan bersenjata dengan sumber daya militer yang dimilikinya.
Salah satu opsi yang masih terbuka bagi Rajapaksa adalah membawa kapal angkatan laut ke India atau Maladewa, kata sumber pertahanan. Jika Rajapaksa mundur seperti yang dijanjikan, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe akan secara otomatis menjadi penjabat presiden sampai parlemen memilih seorang anggotanya untuk menjadi pelaksana tugas presiden hingga November 2024.(AFP/OL-5)