MENTERI Luar Negeri Libanon, Senin (4/7), mengatakan campur tangan apapun dalam pembicaraan yang dimediasi AS untuk membatasi perbatasan maritimnya dengan negara musuh Israel tidak dapat diterima. Komentarnya muncul setelah gerakan Hizbullah Libanon yang didukung Iran meluncurkan tiga drone pengintai tak bersenjata pada Sabtu menuju ladang gas lepas pantai Karish dan Israel mengatakan pihaknya menembak jatuh mereka.
"Setiap tindakan yang berada di luar kerangka tanggung jawab negara dan jalur diplomatik saat negosiasi berlangsung tidak dapat diterima dan menghadapkan (Libanon) pada risiko yang tidak perlu," kata Menteri Luar Negeri Abdallah Bou Habib setelah bertemu dengan perdana menteri, Najib Mikati. Hizbullah, gerakan politik dan militer Muslim Syiah yang kuat, mengeklaim telah menyelesaikan misinya.
Namun Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan langkah itu merusak peluang untuk kesepakatan perbatasan laut. Bou Habib pada Senin meminta semua pihak untuk menunjukkan semangat kepentingan nasional tertinggi dan berkomitmen mendukung negara dalam proses negosiasi terkait pesan terselubung kepada Hizbullah.
Baca juga: Israel Jatuhkan Tiga Drone Hizbullah Intai Ladang Gas Karish
"Negosiasi yang sedang berlangsung dengan bantuan mediator AS sedang dalam tahap lanjut," kata Bou Habib. Ia menambahkan bahwa operasi Hizbullah diluncurkan tanpa persetujuan resmi negara.
Sengketa perbatasan laut antara Libanon dan Israel kembali mengemuka bulan lalu setelah Israel memindahkan kapal produksi ke Karish yang sebagian diklaim oleh Libanon. Langkah itu memaksa pemerintah Libanon untuk menyerukan dimulainya kembali negosiasi yang dimediasi AS yang telah menemui jalan buntu tahun lalu karena perselisihan demarkasi.
Baca juga: Remaja Palestina Lempar Bom Molotov Dibalas Tembakan Tentara Israel
Hizbullah mengancam Israel dan perusahaan yang memiliki kapal produksi agar tidak melanjutkan pengeboran dengan mengatakan pihaknya siap untuk menghalangi. Libanon kini menunggu tanggapan dari Israel setelah menyampaikan posisi perbatasan lautnya kepada mediator AS Amos Hochstein yang mengunjungi Beirut bulan lalu atas permintaan pihak berwenang. (AFP/OL-14)