KEMENTERIAN Luar Negeri tidak menganggap aksi walk out oleh delegasi Barat, saat delegasi Rusia berbicara dalam forum G20 di Amerika Serikat (AS), sebagai masalah besar.
Sikap tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan banyak dilakukan sebagai respons politik. "Walk out merupakan refleksi pandangan atau sikap negara-negara tertentu," ujar Co-Sherpa G20 Indonesia Dian Triansyah Djani dalam press briefing, Kamis (12/5).
"Ini dilakukan di banyak pertemuan multilateral. Seperti, di PBB, Dewan HAM, maupun pertemuan multilateral lainnya," imbuhnya.
Baca juga: Ukraina Mulai Adili Serdadu Rusia
Menurutnya, aksi walk out tersebut sangat wajar dalam berbagai pertemuan multilateral. Walk out bukan sesuatu yang baru maupun hanya dilakukan di G20, ketika suatu negara berbeda pandang.
"Suatu hal lazim yang dilakukan pada pertemuan multilateral. Satu hal yang patut dicatat, tindakan tersebut tidak ditujukan pada chair atau presidensi yang menjabat, tapi merupakan refleksi dan posisi terhadap negara tertentu," jelas Trian.
Baca juga: AS dan Sekutunya Tuduh Rusia Lakukan Serangan Siber pada Ukraina
Lebih lanjut, dia mengatakan sejumlah agenda dan pembahasan substansial pada pertemuan Menteri Keuangan G20 tetap berjalan. Sekalipun terdapat aksi walk out. Semua negara tetap berkontribusi pada pertemuan tersebut.
Dalam pertemuan Menteri Keuangan G20, AS, Inggris dan Kanada melakukan aksi walk out saat delegasi Rusia berbicara. Menteri Keuangan AS Janet Yellen pun menyatakan tidak hadir dalam beberapa sesi G20 di Washington, jika Rusia hadir.
Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun ini, dihadapi penolakan negara-negara G7 terhadap Rusia. Sikap tersebut menyusul invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.(OL-11)