23 April 2022, 13:50 WIB

150 Ribu Rakyat Palestina Penuhi Al Aqsa


Cahya Mulyana |

SHALAT Jumat ketiga Ramadhan di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki polisi Israel diikuti sekitar 150.000 warga Palestina. Terlepas dari kekhawatiran akan masalah yang meningkat di lapangan, warga Palestina mengatakan bahwa kehadiran di Al-Aqsa sangat penting.

“Saya pikir sangat penting bagi orang-orang untuk datang ke Yerusalem dan ke Al-Aqsa. Anda merasa memiliki, Anda merasa bertanggung jawab terhadap Yerusalem, untuk mengajari anak-anak kami bahwa ini adalah tanah kami, bahwa Al-Aqsa adalah agama kami,” kata Rana Mohammad kepada Al Jazeera di kompleks tersebut.

Ibu berusia 36 tahun itu berasal dari Nablus di Tepi Barat yang diduduki Israel, dan datang ke Yerusalem Timur bersama suaminya dan putranya yang berusia lima tahun. Ramadhan merupakan kesempatan langka bagi warga Palestina dari Tepi Barat sebab harus memiliki paspor Israel untuk mengakses Al-Aqsha.

Warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat hanya diizinkan memasuki kota dengan akses yang sulit. “Kami tidak bisa datang pada hari-hari biasa, jadi Anda harus menunggu momen ini menit demi menit. Perasaan berada di sini tak terlukiskan - Anda merasa semangat Anda diremajakan, ”kata Mohammad.

Sementara Paskah telah berakhir dan masuk ke masjid akan dibatasi untuk Muslim selama 10 hari terakhir Ramadhan, ketegangan di Yerusalem dan di Tepi Barat yang diduduki tetap tinggi.

Baca juga: Bom di Kunduz Tewaskan 33 Rakyat Afghanistan

Peningkatan serangan oleh warga Palestina di dalam wilayah Israel menyebabkan 14 warga Israel mati dalam tiga minggu. Sementara itu, Israel telah membunuh setidaknya 43 warga Palestina sejak awal 2022.

Protes dan serangan selama berminggu-minggu oleh pasukan Israel di Al-Aqsa selama Ramadhan tahun lalu meningkat menjadi kekerasan yang meluas di seluruh Israel.

Yasmeen Tibi, 21 tahun dari Nablus di Tepi Barat mengatakan kekuatan Palestina ada dalam jumlah. Maka dirinya meminta banyak orang untuk selalu mengisi Al Aqsa.

“Yang bisa datang, harus datang. Setiap individu membuat perbedaan, bahkan jika kita tidak menyadarinya,” katanya.

Tibi datang ke Al-Aqsa bersama lima saudara perempuannya dan lima sepupu perempuannya, semuanya mengenakan jubah tradisional Palestina. “Kami tidak perlu takut, kami adalah pemilik sah dari tanah ini. Merekalah yang harus ditakuti,” katanya.

Warga Palestina dari Tepi Barat harus melintasi pos pemeriksaan yang penuh sesak dan menunggu berjam-jam sebelum diizinkan memasuki Yerusalem. Tibi mengatakan bahwa dia dan keluarganya telah meninggalkan Nablus pada pukul 7 pagi dan mencapai Al-Aqsa pada pukul 10 pagi, dalam perjalanan yang lebih melelahkan dari yang seharusnya.

“Mereka memperlakukan kami seperti ternak di pos pemeriksaan. Semua orang ditempatkan dalam barisan kecil dan menghabiskan dua jam di dalam pos pemeriksaan Qalandiya hanya menunggu dalam antrean untuk menyeberang,” kata Tibi.

Israel mengatakan tindakan itu diperlukan untuk alasan keamanan. Mohammad, 20, melompat dari tembok pemisah Israel setinggi delapan meter (26 kaki) untuk mencapai Al-Aqsa. Meskipun langkah-langkah keamanan Israel meningkat, Mohammed berhasil melewatinya bersama beberapa temannya.

“Saya datang untuk berdoa, dan untuk membela Al-Aqsa dari pendudukan [Israel],” Mohammed, yang berasal dari kamp pengungsi Aqabet Jaber di Jericho, mengatakan kepada Al Jazeera.(OL-4)

BERITA TERKAIT