KOALISI pemerintahan Israel yang beragam menghadapi perpecahan baru pada Minggu (17/4) ketika Partai Arab-Israel Raam menangguhkan keanggotaannya. Ini terjadi setelah kekerasan di sekitar situs suci Jerusalem yang melukai 170 orang selama akhir pekan.
Pemerintah itu--perpaduan dari keragaman ideologis mulai sayap kiri, partai nasionalis Yahudi yang keras, dan agama, serta Raam--telah kehilangan suara mayoritas pada bulan ini ketika seorang anggota Yahudi yang religius keluar akibat perselisihan distribusi roti beragi di rumah sakit.
Sejak itu, hari-hari kekerasan di sekitar kompleks masjid al-Aqsa Jerusalem, suci bagi Muslim dan Yahudi, menempatkan Raam di bawah tekanan untuk berhenti juga. "Jika pemerintah melanjutkan langkah-langkahnya terhadap orang-orang Jerusalem, kami akan mengundurkan diri sebagai blok," kata Raam dalam suatu pernyataan.
Deklarasi datang berjam-jam setelah lebih dari 20 warga Palestina dan Israel terluka dalam insiden di dalam dan sekitar masjid al-Aqsa, yang dianggap orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount. Bentrokan terbaru mengambil jumlah yang terluka sejak Jumat menjadi lebih dari 170 pada saat menegangkan ketika perayaan Paskah Yahudi bertepatan dengan bulan puasa Muslim Ramadan.
Kekerasan itu mengikuti serangan mematikan di Israel dan Tepi Barat yang diduduki mulai akhir Maret, sekitar 36 orang telah terbunuh. Pada awal Minggu pagi, polisi mengatakan ratusan demonstran Palestina di dalam kompleks masjid mulai mengumpulkan tumpukan batu, tak lama sebelum kedatangan pengunjung Yahudi.
Baca juga: Rusia Kutuk Israel Gunakan Konflik Ukraina Alihkan Isu Palestina
Orang-orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi tetapi tidak berdoa di lokasi, tempat paling suci dalam Yudaisme dan tempat suci ketiga dalam Islam. Bulan sabit merah Palestina mengatakan 19 warga Palestina terluka, termasuk setidaknya lima yang dirawat di rumah sakit. Katanya beberapa telah terluka dengan peluru baja berlapis karet.
Dilindungi
Tim AFP di dekat pintu masuk kompleks Al- Aqsa, Minggu pagi, melihat para jemaah Yahudi meninggalkan situs itu dengan bertelanjang kaki karena perintah agama dan dilindungi oleh persenjataan berat polisi. Di luar kota tua, yang terletak di Jerusalem timur yang dianeksasi Israel, para pemuda Palestina melemparkan batu ke bus yang lewat, menghancurkan jendela mereka, mengakibatkan tujuh orang yang dirawat karena luka ringan, kata Rumah Sakit Shaare Zedek.
Polisi mengatakan mereka menangkap 18 warga Palestina. Menteri Keamanan Publik Omer Bar-Lev mengatakan Israel akan, "Bertindak kuat terhadap siapa pun yang berani menggunakan terorisme terhadap warga negara Israel."
Baca juga: Meski Hubungan Dekat, Maroko Kutuk Tindakan Israel atas Palestina
Bennett mengatakan bahwa pasukan keamanan, "mendapatkan kebebasan untuk setiap tindakan yang akan memberikan keamanan kepada warga Israel." Ia menekankan setiap upaya harus dilakukan untuk memungkinkan anggota semua agama untuk beribadah di Jerusalem.
Sumber-sumber politik memberi tahu AFP bahwa, setelah penarikan Raam dari koalisi, Bennett kemungkinan akan berusaha menenangkan situasi.
Seruan
Raja Yordania Abdullah II pada Minggu meminta Israel untuk menghentikan semua langkah ilegal dan provokatif yang mendorong situasi memburuk lebih lanjut. Kerajaan itu berfungsi sebagai penjaga tempat-tempat suci di Jerusalem Timur, yang ditangkap Israel pada 1967 dan kemudian dianeksasi dalam langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional.
Pejabat senior Palestina Hussein al Sheikh mengatakan, Minggu, "Eskalasi berbahaya Israel di kompleks al-Aqsa merupakan serangan terang-terangan di tempat-tempat suci kita." Ia meminta komunitas internasional untuk melakukan intervensi.
Kepala gerakan Islam Hamas, yang mengendalikan kantong Palestina Gaza, sebelumnya memperingatkan Israel, "Al-Aqsa merupakan milik kami dan hanya kami. Orang-orang kami memiliki hak untuk mengaksesnya dan berdoa di dalamnya dan kami tidak akan tunduk pada represi (Israel) dan teror," kata Ismail Haniyeh.
Baca juga: Bentrokan di Al-Aqsa Jerusalem kembali Pecah, 20 Lebih Terluka
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dalam telepon, Minggu, dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas, mengatakan dia akan melakukan kontak dengan semua pihak untuk mengakhiri eskalasi Israel, kata kantor Abbas dalam suatu pernyataan. Paus Franciskus pada Minggu saat Paskah menyatakan, "Semoga Israel, Palestina, dan semua yang tinggal di kota suci bersama dengan para peziarah berada dalam persaudaraan dan menikmati akses gratis ke tempat-tempat suci dengan saling menghargai setiap hak mereka." (OL-14)