28 March 2022, 21:47 WIB

AS, Israel, Empat Negara Arab Bersatu untuk Intimidasi Iran


Mediaindonesia.com |

MENTERI Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan para diplomat tinggi Israel serta empat negara Arab mengakhiri pertemuan penting pada Senin (28/3). Mereka berjanji untuk meningkatkan kerja sama. Menurut Israel, ini akan mengirim pesan yang kuat kepada musuh bebuyutannya Iran.

Pembicaraan itu mempertemukan untuk pertama kali di tanah Israel para menteri luar negeri Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko. Ketiga negara Arab menormalkan hubungan dengan negara Yahudi itu pada 2020 dan Mesir berdamai dengan Israel pada 1979.

Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan, "Arsitektur baru ini, kemampuan bersama yang kita bangun, mengintimidasi dan menghalangi musuh kita bersama, pertama dan terutama Iran dan proksinya. Mereka tentu memiliki sesuatu untuk ditakuti," katanya tentang republik Islam yang dimusuhi Israel dalam perang bayangan regional. Israel menuduh Iran ingin membuat bom nuklir. Tuduhan ini disangkal oleh Iran.

Baca juga: Abbas Kecam Standar Ganda Negara Barat Soal Ukraina dan Palestina

Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed Al Nahyan menyebut pertemuan dua hari itu bersejarah dan mengatakan, "Yang kami coba capai di sini ialah mengubah narasi, menciptakan masa depan yang berbeda." Pembukaan pertemuan pada Minggu (27/3), di permukiman Sde Boker di gurun Negev, dirusak oleh serangan penembakan di Israel utara dan menewaskan dua petugas polisi. Ini diklaim oleh kelompok ISIS yang jarang berhasil melancarkan serangan di dalam Israel.

Pada Senin pagi, kantor Perdana Menteri Naftali Bennett mengonfirmasi bahwa dia telah tertular covid-19, sehari setelah dia mengadakan pertemuan tertutup dengan Blinken diikuti dengan konferensi pers bersama tanpa masker.

Seorang pejabat Israel, yang berbicara kepada AFP dengan syarat anonim, mengatakan setelah pembicaraan itu, "Semua negara di sini kecuali AS memiliki keraguan tentang kesepakatan nuklir dengan Iran. Yang terjadi yakni kami membuat mereka lebih dekat dengan pendekatan kami."

Baca juga: Dua Polisi Israel Ditembak Di tengah Kunjungan Menlu 3 Negara

Sekelompok kecil pengunjuk rasa di luar tempat Negev berusaha memaksakan masalah Palestina ke dalam ruangan untuk dibicarakan. Mereka membawa poster yang bertuliskan, "Apakah Anda tidak melupakan seseorang?"

Blinken telah menyuarakan dukungan kuat untuk Kesepakatan Abraham tetapi memperingatkan bahwa mereka bahwa hal itu tidak dapat menggantikan pembangunan perdamaian Israel-Palestina. "Kita harus jelas bahwa perjanjian perdamaian regional ini bukan pengganti bagi kemajuan antara Palestina dan Israel," kata Blinken yang pada Minggu bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Blinken berkeras bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden berkomitmen untuk memperbaiki hubungan Palestina yang runtuh di bawah Trump. Namun pemimpin Palestina itu mengatakan kepada Blinken bahwa Barat menunjukkan standar ganda dengan mengambil garis keras terhadap invasi Rusia ke Ukraina sambil mengabaikan yang disebutnya sebagai kejahatan Israel terhadap rakyatnya.

Baca juga: Komitmen AS dan Israel Cegah Iran Peroleh Bom Nuklir

Saat para diplomat mengakhiri pertemuan Negev mereka, Abbas menjamu Raja Yordania Abdullah II di Ramallah, kunjungan pertama raja ke Tepi Barat sejak 2017. Yordania--satu-satunya negara Arab dengan ikatan penuh Israel yang tidak menghadiri pertemuan Negev--memainkan peran perantara antara Israel dan Otoritas Palestina.

Dia tampaknya menggemakan peringatan Blinken tentang batas normalisasi dalam pertemuannya dengan Abbas. Ia mengatakan, menurut kantor berita resmi Palestina Wafa, bahwa, "Kawasan tidak dapat menikmati keamanan dan stabilitas tanpa solusi yang adil dan komprehensif untuk masalah Palestina." (AFP/OL-14)

BERITA TERKAIT