LEBIH banyak kapal dan pesawat yang membawa bantuan akan tiba di Tonga dalam beberapa hari mendatang karena masyarakat internasional menanggapi permintaan untuk bantuan mendesak setelah letusan gunung berapi dan tsunami yang menghancurkan beberapa waktu lalu.
Kapal penopang maritim Selandia Baru, HMNZS Aotearoa, yang membawa 250.000 liter air dan mampu menghasilkan 70.000 liter per hari melalui pabrik desalinasi, diperkirakan tiba di Tonga pada Jumat (21/1).
Sementara itu, penerbangan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga sehari sebelumnya, pada Kamis dengan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk sanitasi dan kebersihan serta tempat berlindung, peralatan komunikasi, dan pembangkit listrik.
“Penerbangan bantuan kedua dari Australia harus kembali Kamis karena masalah dalam penerbangan dan diharapkan dapat berangkat hari ini,” kata Komisi Tinggi Australia di Tonga di Facebook.
“Lebih banyak bantuan sedang dalam perjalanan dari Brisbane dengan HMAS Adelaide dan akan tiba di Tonga minggu depan,” tambahnya.
Dua pesawat C-130H Jepang yang membawa pasokan bantuan, termasuk air, juga meninggalkan Pangkalan Udara Komaki di Prefektur Aichi menuju Tonga pada hari Kamis dan diperkirakan akan tiba pada Jumat.
Gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dengan ledakan yang memekakkan telinga pada hari Sabtu, memicu tsunami yang menghancurkan desa-desa, resor dan banyak bangunan serta memutus komunikasi bagi negara berpenduduk sekitar 105.000 orang.
Sedikitnya tiga orang secara resmi dilaporkan tewas, meskipun jumlah sebenarnya dari korban tidak dapat segera ditentukan karena komunikasi yang terbatas dan kesulitan dalam mengakses beberapa daerah yang terkena dampak.
Abu telah menyelimuti wilayah tersebut dan merusak sebagian besar air minumnya.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa Tonga telah meminta bantuan mendesak dan badan tersebut berhubungan dekat dengan pihak berwenang.
“Tim penilai telah menjangkau sebagian besar negara, termasuk pulau-pulau terpencil dan terisolasi,” kata Dujarric.
“Kami tetap sangat prihatin tentang akses ke air bersih untuk 50.000 orang di seluruh negeri. Pengujian kualitas air terus berlanjut, dan kebanyakan orang mengandalkan air kemasan,” imbuhnya.
Dujarric menyebut, sekitar 60.000 orang telah terkena dampak kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan akibat hujan abu, intrusi air asin serta potensi hujan asam.
“Ada juga laporan kelangkaan bahan bakar,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan pada Jumat (21/1) bahwa sumbangan uang tunai ke Tonga untuk bantuan kemanusiaan segera, dimana Australia telah menyumbangkan US$1juta, perlu diikuti dengan dukungan yang lebih substansial untuk pembangunan kembali.
Hubungan telepon antara Tonga dan dunia luar tersambung kembali pada Rabu malam, meskipun memulihkan layanan internet penuh kemungkinan akan memakan waktu satu bulan atau lebih.
Tonga telah beralih ke media sosial untuk mengunggah gambar kehancuran akibat tsunami dan memberikan laporan tentang keterkejutan mereka setelah ledakan besar.
Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA mengatakan kekuatan letusan itu diperkirakan setara dengan lima hingga 10 megaton TNT, atau lebih dari 500 kali lipat dari bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima di Jepang pada akhir Perang Dunia Dua. (Aiw/Aljazeera/OL-09)