PRESIDEN Tiongkok Xi Jinping, Senin (29/11), berjanji memberikan Afrika 1 miliar dosis vaksin covid-19.
Dalam pidato yang dibuat melalui tautan video pada KTT Tiongkok-Afrika di dekat ibu kota Senegal, Dakar, Xi mengatakan negaranya akan menyumbangkan 600 juta dosis secara langsung.
Sebanyak 400 juta dosis selanjutnya akan datang dari sumber lain, seperti investasi di lokasi produksi, yang sangat kurang di sebagian besar Afrika.
Baca juga: Biden Minta Masyarakat Tidak Panik dengan Kemunculan Varian Omicron
Janji Xi datang sebagai bagian dari forum antara Tiongkok dan negara-negara Afrika dengan penekanan pada perdagangan dan keamanan, di antara isu-isu lainnya.
Tiongkok banyak berinvestasi di Afrika dan merupakan mitra dagang terbesar di benua itu dengan perdagangan langsung senilai lebih dari $200 miliar pada 2019, menurut kedutaan besar Tiongkok di Dakar.
Beijing juga telah menyumbangkan jutaan dosis vaksin Sinopharm yang diproduksi di dalam negeri ke negara-negara Afrika yang miskin sejak awal pandemi.
Namun, para kritikus menuduh pemberian Tiongkok merupakan bagian dari serangan diplomatik.
"Kita harus terus berjuang bersama melawan covid-19," kata Xi dalam pertemuan itu, seraya menambahkan bahwa Tiongkok akan mengirim sekitar 1.500 tenaga medis ke Afrika.
"Kita harus memprioritaskan perlindungan orang-orang kita dan menutup kesenjangan vaksinasi," tambahnya.
Tingkat vaksinasi di Afrika rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Banyak negara di benua tersebut bergantung pada sumbangan asing karena kurangnya fasilitas produksi lokal dan biaya pembelian massal yang mahal.
KTT di Senegal tersebut menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, bulan ini, ke Kenya, Nigeria dan Senegal, dengan latar belakang meningkatnya persaingan antara Beijing dan Washington.
Blinken membahas peningkatan lokasi produksi vaksin lokal dengan para pemimpin selama kunjungan tersebut.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden juga mengumumkan sumbangan vaksin ke Afrika, dengan menjanjikan 17 juta dosis vaksin Johnson & Johnson ke Uni Afrika. (AFP/OL-1)
