PERUSAHAAN penerbit Israel tidak akan berhenti menjual buku-buku dari penulis Irlandia Salley Rooney. Padahal sudah ada dua jaringan toko buku yang menyingkirkan buku Rooney dari rak mereka sebagai protes atas kritiknya terhadap Israel.
Penulis tiga novel berusia 30 tahun itu mengatakan pada bulan lalu bahwa dia tidak dapat bermitra dengan penerbit Ibrani yang tidak secara terbuka menjauhkan diri dari apartheid dan mendukung hak-hak rakyat Palestina yang ditetapkan PBB.
Hal itu memicu reaksi marah di Israel, termasuk oleh jaringan Steimatzky, yang memiliki 130 cabang. Perusahaan tersebut menghapus karya-karya Rooney dari situs webnya, termasuk judul yang menjadi pusat kontroversi yakni Dunia Indah, Di Mana Anda.
Baca juga: Disiarkan Berbahasa Ibrani, Media Palestina Cari Perhatian Israel
Perusahaan lain Tzomet Sfarim yang punya sekitar 90 cabang juga menghentikan pemasaran online buku berjudul Orang Normal pada 2018 milik Rooney.
Namun, Modan Publishing House, yang telah menerjemahkan karya-karya Rooney, mengatakan kepada AFP, Minggu (7/11) bahwa mereka akan tetap menjual buku-buku Rooney meskipun sikapnya negatif terhadap Israel. "Kami tidak mendukung boikot budaya. Karena itu kami akan terus menjual karya Sally Rooney seperti biasa," kata Tali Thelet, juru bicara perusahaan.
Penjualan mungkin merosot di antara orang Israel. Akan tetapi minat terhadap buku itu tampaknya melonjak di antara orang Palestina.
Ahmad Muna, manajer Toko Buku Pendidikan di Jerusalem timur yang dicaplok Israel, mengatakan kepada AFP bahwa dia telah memesan buku-buku Rooney berdasarkan komentar Rooney. "Masalahnya, kami tidak mendapatkan buku-buku itu secepat yang kami inginkan," katanya.
Baca juga: Palestina Kutuk Israel yang Tolak Pembukaan kembali Konsulat AS di Jerusalem
"Saya pikir pernyataan yang dia buat tentang tidak ingin diterbitkan oleh penerbit Israel telah membuka banyak minat." Kelompok Israel dan internasional termasuk Human Rights Watch menuduh Israel melakukan kejahatan apartheid terhadap Palestina, tetapi pemerintah Israel dan banyak warganya menolak tuduhan itu. (AFP/OL-14)