20 July 2021, 04:25 WIB

Pegasus Targetkan Saingan Utama PM India Narendra Modi


Mediaindonesia.com |

SAINGAN politik utama Perdana Menteri Narendra Modi, Rahul Gandhi, menjadi salah satu di antara puluhan politisi India, jurnalis, aktivis dan kritikus pemerintah yang diidentifikasi sebagai target potensial dari spyware buatan Israel, laporan media mengatakan, Senin (19/7).

Lebih dari 1.000 nomor telepon di India termasuk di antara puluhan ribu di seluruh dunia yang dipilih sebagai kemungkinan menarik bagi klien NSO Group, pembuat spyware Pegasus, menurut sekelompok perusahaan media. Daftar yang bocor itu dibagikan ke kantor berita oleh Forbidden Stories, organisasi jurnalisme nirlaba yang berbasis di Paris, dan Amnesty International.

Identitas di balik sekitar 300 nomor telepon India diverifikasi oleh media. Mereka termasuk seorang wanita yang membuat tuduhan pelecehan seksual terhadap mantan hakim agung India, ulama Buddha Tibet, diplomat Pakistan, dan wartawan Tiongkok, kata laporan itu.

Baca juga: Maroko Bantah Pakai Pegasus untuk Pantau Pengkritik

Setidaknya dua karyawan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS yang berbasis di India, termasuk seorang warga negara AS, juga diidentifikasi, bersama dengan direktur operasi India Bill and Melinda Gates Foundation, kata laporan media tersebut.

Tidak diketahui jumlah ponsel dalam daftar yang benar-benar ditargetkan untuk pengawasan atau upaya yang berhasil, menurut Washington Post, yang merupakan bagian dari penyelidikan kolaboratif. Analisis forensik yang dilakukan pada 22 smartphone di India yang nomornya muncul dalam daftar menunjukkan bahwa 10 ditargetkan dengan Pegasus, tujuh di antaranya berhasil, kata surat kabar itu.

Baca juga: Ketua Uni Eropa: Skandal Pegasus tidak Dapat Diterima jika Benar

Analisis nomor telepon India sangat menunjukkan bahwa badan intelijen di pemerintah India berada di balik pemilihan tersebut, Guardian melaporkan. Menurut situs berita India The Wire, meningkatnya bukti forensik infeksi telepon di India menunjukkan satu atau lebih lembaga resmi telah menggunakan spyware untuk meretas ke smartphone. (AFP/OL-14)

BERITA TERKAIT