PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (26/4), menyebut pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) atas genosida Armenia tidak berdasar dan bisa merusak hubungan antara kedua negara.
Erdogan merilis pernyataan berhati-hati setelah Biden melontarkan pengakuannya mengenai genosida Armenia saat peringatan insiden antara 1915-1917 itu pada Sabtu (24/4).
Namun, Erdogan tidak bisa menyembunyikan kemarahannya dalam pidato televisi sembari menggarisbawahi sejarah perbudakan dan persekusi suku Indian di AS.
Baca juga: AS Janji Kirim 60 Juta Vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Negara Lain
"Presiden AS telah membuat komentar yang tidak berdasar dan tidak adil," tegas Erdogan.
"Kami menyakini komentar itu muncul akibat desakan kelompok radikal Armenia dan kelompok anti-Turki," lanjutnya.
Warga Armenia, didukung sejarawan dan ilmuwan, mengatakan sebanyak 1,5 juta warga mereka mati akibat genosida yang dilakukan Kekaisaran Ottoman saat Perang Dunia I.
Ankara mengakui sejumlah besar warga Armenia dan Turk tewas saat kekaisaran Ottoman berperang dengan Tsar Rusia.
Namun, Turki, dengan keras, membantah menggunakan kebijakan genosida sembari menggarisbawahi bahwa istilah itu belum ada kala itu.
Biden berusaha meredakan kemarahan Turki dengan menelepon Erdogan. Kedua pemimpin negara itu, dalam sambungan telepon pada Jumat (23/4), untuk bertemu di sela-sela KTT NATO, Juni mendatang.
Meski begitu, Senin (26/4), Erdogan meminta Biden mengaca sebelum menyebut Turki melakukan genosida.
"Kita juga bisa berbicara mengenai apa yang dialami warga Indian, kulit hitam, dan di Vietnam," sebut Erdogan. (AFP/OL-1)