11 November 2020, 02:30 WIB

Pengunjuk Rasa Serbu Parlemen Armenia


(AFP/Nur/X-11) |

PARLEMEN Armenia kemarin dilanda kekacauan setelah gedung parlemen dikuasai oleh pengunjuk rasa yang marah atas kesepakatan gencatan senjata dengan Azerbaijan.

Ratusan orang menyerbu ke dalam gedung parlemen setelah Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengumumkan kesepakatan untuk mengakhiri enam minggu perebutan wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka berkumpul di dalam ruangan, mengambil kursi anggota parlemen, dan meminta para anggota parlemen keluar.

Perdebatan dan bentrokan terjadi ketika pengunjuk rasa mencoba naik ke podium untuk berbicara dan diteriaki dengan beberapa orang melempar botol. Beberapa polisi yang hadir tidak berbuat banyak untuk mencegah kekacauan dan orang-orang berkeliaran di lorong. Laporan media lokal mengatakan ketua parlemen Ararat Mirzoyan diserang dan dipukuli.

Ribuan pengunjuk rasa sebelumnya berkumpul di luar markas pemerintah di Yerevan. Mereka lalu menggeledah kantor dan memecahkan jendela.

Sementara itu, Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan kesepakatan gencatan senjata itu berarti sama dengan kapitulasi atau pengakuan kalah perang oleh Armenia. "Kami memaksanya untuk menandatangani dokumen ini. Ini pada dasarnya ialah kapitulasi," kata Aliyev tentang Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.

Aliyev mengatakan perjanjian itu penting secara historis karena memberi Armenia jangka waktu singkat untuk menarik pasukan dari Nagorno-Karabakh. Rusia dan sekutu Azerbaijan, Turki, akan terlibat dalam mengamati gencatan senjata.

Isi perjanjian gencatan senjata itu menguntungkan Azerbaijan, antara lain, kedua negara harus bertahan di posisi mereka saat ini. Padahal, Azerbaijan telah berhasil merebut kembali sekitar 20% wilayahnya, termasuk Kota Shusha yang strategis. Armenia juga harus mengembalikan wilayah Kalbajar pada 15 November, Aghdam pada 20 November, dan Lachin pada 1 Desember.

Namun, perjanjian itu tidak menyinggung status Nagorno-Karabakh di masa depan atau bentuk negosiasi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan konflik berikutnya.

Selanjutnya akan dibentuk pasukan penjaga perdamaian yang terdiri atas 1.960 pasukan Rusia. Bertugas selama lima tahun, mereka akan mengawasi garis depan dan mengamankan wilayah Lachin yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan wilayah Armenia. (AFP/Nur/X-11)

BERITA TERKAIT