PARA pemrotes demokrasi Hong Kong dijadwalkan akan turun dengan massa yang sangat besar, Minggu (8/12). Aksi unjuk rasa itu mereka sebut sebagai ‘kesempatan terakhir’ bagi para pemimpin kota pro-Beijing dalam ujian besar bagi gerakan enam bulan itu.
Pawai dilakukan dua minggu setelah partai-partai prokemapanan mengalami kekalahan dalam pemilihan lokal, menghancurkan klaim pemerintah bahwa ‘mayoritas yang diam’ menentang protes.
Namun, para aktivis mengatakan kemarahan publik meningkat sekali lagi setelah pemimpin eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, dan Beijing menyampingkan konsesi lebih lanjut meskipun kalah dalam pemilihan lokal.
“Tidak peduli bagaimana kami mengekspresikan pandangan kami melalui aksi damai, melalui pemilihan yang beradab, pemerintah tidak akan mendengarkan,” kata seorang pemrotes berusia 50 tahun, bermarga Wong.
“Mereka hanya mengikuti perintah dari Partai Komunis Tiongkok,” tambahnya.
Polisi mengambil langkah yang tidak biasa dengan mengizinkan Civil Human Rights Front mengadakan pawai menyusuri pulau utama, Minggu (8/12), pertama kalinya kelompok tersebut diberi izin sejak pertengahan Agustus.
Penyelenggara protes meminta Lam untuk memenuhi tuntutan mereka yang meliputi penyelidikan independen terhadap tindakan polisi dalam menangani protes, amnesti bagi mereka yang ditangkap, dan pemilu yang sepenuhnya bebas.
“Ini ialah kesempatan terakhir yang diberikan oleh rakyat kepada Carrie Lam,” kata pemimpin CHRF, Jimmy Sham, Jumat.
Beberapa jam sebelum pawai dijadwalkan akan dimulai, polisi merilis barang bukti senjata, termasuk pistol dan pisau, yang mereka sebut telah ditemukan selama operasi keamanan yang membuat sebelas orang ditangkap.
Aksi unjuk rasa Minggu sore akan mengambil rute di pulau utama dari Victoria Park ke jantung kawasan komersial. Pawai datang sehari sebelum kota menandai peringatan enam bulan gerakan protes yang berujung pada penangkapan sekitar 6.000 orang dan ratusan lainnya cedera, termasuk polisi. (AFP/Hym/I-1)