Mengabadikan Karya dari Hulu ke Hilir


Ihfa Firdausya - 04 February 2023, 09:45 WIB

MEDIA Indonesia melalui unit usaha penerbitannya, Media Indonesia Publishing, meluncurkan buku Jurnal Kopi Nusantara. Peluncuran buku itu merupakan bagian dari tradisi penerbitan buku setiap hari ulang tahun (HUT) Media Indonesia.

Salah satu anggota tim penyusun buku Jurnal Kopi Nusantara dari Media Indonesia Publishing, Iis Zatnika, menjelaskan buku itu merupakan hasil kurasi artikel-artikel di halaman jurnal kopi yang terbit setiap Minggu di Media Indonesia.

“Kita ingin mengabadikan tulisan-tulisan, foto-foto, desain grafis, yang bagus-bagus dari teman-teman dapur redaksi Media Indonesia,” ungkap Iis saat acara peluncuran di sela Festival Kopi Nusantara, Kompleks Media Group Network, Jakarta, kemarin.

Menurut Iis, tim penyusun cukup kebingungan menentukan tulisan-tulisan yang akan dimuat. “Semuanya bagus sebenarnya, tapi kita pilih beberapa tema yang dirasa paling pas,” jelasnya.

Buku itu berupaya memotret keberadaan kopi dari hulu ke hilir dan aspek sustainability-nya. “Kita potret juga keberadaannya mulai petani, kedai kopi, sampai barista, serta seluruh ekosistem yang hadir di sana, termasuk kompetisi-kompetisinya,” katanya.

Iis menyebut Media Indonesia punya keterikatan yang cukup baik dengan kopi. “Kita punya komitmen. Menyelenggarakan festival kopi ini saja sudah lima tahun berturut-turut. Artinya komitmennya luar biasa, halaman jurnal kopi ini juga akan terus kita terbitkan,” kata Iis.

Lebih jauh, lanjutnya, Media Indonesia percaya kopi melambangkan peradaban dan pertumbuhan bangsa.

"Ini bukan hanya ketika diseruput berasa sensasi dan aromanya, tapi di balik itu ada perjuangan petani, keterampilan barista, yang bisa sampai ke ajang inter­ nasional dan juara, hingga pertumbuhan UKM (usaha kecil dan menengah)-nya,” pungkasnya.

Staf Ahli Asosiasi Kopi Indonesia (Aski) yang juga diplomat Indonesia, Bagas Hapsoro, mengapresiasi buku Jurnal Kopi Nusantara. “Buku ini luar biasa. Buku ini saya perhatikan sudah mengetahui arah kopi Indonesia itu ke mana,” katanya.

Bagas menyampaikan masih banyak orang Indonesia tidak mengerti betapa kopi mempunyai nilai lebih besar daripada sekadar ekonomi, termasuk memuat aspek kearifan lokal dan perlindungan lingkungan hidup.

“Harapan saya buku ini jadi semacam kitab wajib, jangan baca dari luar. Soal data bisa diperbarui, tapi kalau sudah wartawan yang reliable, yang sudah punya kredensial, saya yakin dengan bahasa mudah dimengerti, lebih enak daripada yang bahasa trendi,” katanya.

Aceng, barista train dan praktisi kopi, menyampaikan antuasiasmenya terhadap buku tersebut. Ia menyebut buku itu memuat secara lengkap artikel kopi dari Sabang sampai Merauke. (S-3)

BERITA TERKAIT