UNTUK bisa eksis dalam berusaha butuh upaya lebih. Bermitra dan upaya menghasilkan produk berkualitas hingga bisa masuk dalam daftar yang dibutuhkan konsumen adalah perjuangan panjang yang harus dilalui dengan cerdik.
Hal itu yang dialami sejumlah mitra PT Pertamina (Persero). Seperti upaya yang dilalui Ira Puspita Dewi yang memulai bisnis cookiesnya pada 2011.
Produk yang ia jual awalnya hanya di lingkungan sekolah anaknya, tetangga dan teman-teman di sekitaran Bandung. Kini, produknya sudah merambah hingga ke mancanegara.
Usaha ibu rumah tangga asal Bandung itu makin melebarkan sayap bisnisnya setelah bergabung dengan program kemitraan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) III. Selain mendapatkan tambahan modal, ia pun dibantu pembinaan kewirausahaan melalui Program Kemitraan dari perusahaan minyak milik negara itu. Produknya dibantu diperkenalkan melalui pameran, media surat kabar hingga televisi. Sehingga produk ‘Smile Cookies’ mulai dikenal banyak orang di luar bandung.
“Sejak bergabung dengan Pertamina, omzet Smilee Cookies meningkat 10 kali lipat dari yang awalnya cuma dapat Rp2 juta/bulan menjadi Rp20 juta/bulan. Bahkan, beberapa kali bisa sampai Rp80 juta/bulan (karena dapat orderan dari Pertamina Pusat),” tutur Ira ketika dihubungi, Kamis (18/6).
Saat ini, produk yang dibuat terdiri dari dua varian rasa, Brownies Cookies dan Cinnamon Cookies, yang di kemas dengan composite can sehingga cocok dan aman untuk dijadikan oleh-oleh di dalam dan ke luar negeri.
Harga Brownies Cookies dan Cinnamon Cookies dipasarkan hanya Rp35.000 per kaleng. Ira akan memberi potongan harga jika konsumen melakukan pesanan dalam jumlah banyak. Dalam sebulan biasanya Ira dapat menjual 1.000 kaleng Smile Cookies.
Dalam memproduksi kue, selain mendapat bantuan pemasaran ia mendapat masukan untuk menggunakan bahan bakar Bright Gas. Dia mengaku, setelah menggunakan Bright Gas 12 kg, bahan bakar yang digunakan menjadi lebih irit sehingga masa pemakaian menjadi lebih lama. Ira telah menggunakan Bright Gas sejak 2015.
“Dengan menggunakan Bright Gas, keuntungan tetap saya raih lebih tinggi. Bahkan memang seharusnya gas subsidi dimanfaatkan bagi masyarakat yang lebih berhak dan membutuhkan,” jelas dia.
Apa yang dilakukan Ira layak menjadi panutan. Semangat tidak mengurangi hak orang lain, malah sebaliknya berbagi dengan lebih banyak orang.
Semangat untuk peduli juga diperlihatkan Ira dalam menjalankan usahanya. Ira memberdayakan ibu-ibu di lingkungan sekitar rumah, terutama ibu–ibu rumah tangga yang single parent.
Untuk sekali pemesanan dalam jumlah besar, Ira mempekerjakan hingga 10 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya. “Saya tahu betul bagaimana susahnya untuk menghidupi keluarga seorang diri. Selain itu, ibu-ibu juga dapat mandiri dengan memenuhi waktu kerja dan bekerja full time untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka,” kata dia.
Omzet meningkat
Perjuangan untuk memajukan usaha juga dilakukan oleh Yuli Astuti. Ia memulai usaha produksi batik pada 2005. *Yuli memperdalam membatik dengan belajar dari sejumlah tokoh batik di Kota Kudus dan dari para pembatik yang masih aktif ketika itu. Ia pun memperdalam teknik hingga mengembangkan batik Kudus.
Ia juga mempelajari berbagai jenis batik dari berbagai daerah, dan memperdalam teknik membatik di Laweyan, Surakarta.
Hal tersebut dilakukan di antara upaya mengembangkan usaha batiknya. Pada 2018, Yuli bergabung sebagai Mitra Binaan Pertamina. Pada masa itu, batiknya diikutsertakan oleh Pertamina untuk pameran di Malaysia. *Sejak itu, omzet usahanya meningkat 30% atau menjadi Rp100 juta per bulan.
Dok. Pertamina
Mitra UMKM Pertamina.
Usahanya yang dinamakan Muria Batik Kudus, memproduksi batik khas Kudus yang dijual secara online dan offline.
Pasar lokal, nasional, hingga mancanegara pun telah dijajaki oleh Yuli, termasuk di antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, Singapore dan China.
“Pengalaman ini sangat berharga, karena telah membuka akses pasar bagi produk batik saya untuk tidak hanya dikenal di nasional saja, namun juga internasional,” tuturnya.
Dalam proses pembuatan batik cap, Yuli mengandalkan Bright Gas untuk mencairkan ‘malam’ dan proses ngelorot. *Produk keluaran Pertamina tersebut menurutnya lebih irit dibandingkan dengan produk gas lainnya.
“Dengan menggunakan produk Bright Gas, menjadi edukasi tersendiri bagi saya dan bagi konsumen batik kudus konsumen saya. Dengan Bright Gas saya tetap bisa meraih keuntungan yang memuaskan dengan tetap peduli kepada masyarakat lainnya yang lebih membutuhkan,” jelas dia.
Menjadi UMKM binaan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region (MOR) IV tak membuat Yuli berhenti peduli dengan warga sekitar. Ada sekitar 20 tenaga kerja yang berasal dari warga sekitar yang ia ajarkan membatik dari nol.
Dok. Pertamina
Mitra UKMK Pertamina.
Kegiatan pemberdayaan tersebut dilakukan Yuli Astuti sejak 2008.
Bahkan, ia rela berbagai ilmu membatik dengan memberikan pelatihan kepada berbagai kalangan, seperti anak-anak sekolah, anak-anak difable, dan ibu-ibu. Tidak jarang, instansi pemerintah pun meminta untuk ikut belajar membatik kepada Yuli. (Gan/S1-25)